kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Minimalisir gejolak rupiah


Kamis, 20 Februari 2014 / 07:38 WIB
ILUSTRASI. BTR vs Evos Legends


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pengamat pasar uang, Farial Anwar menyambut positif diakhirinya acuan nilai tukar rupiah di pasar NDF, Singapura, mulai 28 Maret mendatang.

Menurutnya, selama ini, NDF memicu gejolak bagi rupiah di pasar spot Indonesia. Ujung-ujungnya, ikut mengguncang perekonomian kita. Pasalnya, orang Indonesia itu masih suka mengekor asing, sehingga suka terpengaruh pergerakan rupiah di pasar NDF.

Transaksi di pasar non deliverable forward (NDF) adalah transaksi forward yang tidak ada pengiriman rupiahnya. Transaksi diciptakan para spekulan asing yang sudah tidak bisa bermain atau mengambil keuntungan di pasar spot, setelah Bank Indonesia (BI) melarang transfer rupiah bagi warga asing.

Perlu diingat, BI mewajibkan transaksi forward di Indonesia menggunakan underlying. Misalnya, lindung nilai rupiah untuk kebutuhan ekspor atau impor.

Sayangnya, selama ini, bukan hanya warga asing yang berspekulasi di NDF Singapura, tapi, banyak juga WNI yang memainkan dananya di sana. Padahal, BI tidak bisa memonitor transaksi yang terjadi di Singapura.

Namun, kata Farial, penghentian NDF dan penggunaan acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI tak serta merta akan menyebabkan rupiah stabil. Rupiah masih akan bergerak liar, karena masih banyak faktor dari dalam negeri dan luar negeri yang bisa memengaruhinya. Tapi, setidaknya, dengan dihentikannya NDF dapat mengurangi salah satu aspek yang selama ini menyebabkan gejolak rupiah.

"BI pun akan bisa lebih fokus mengendalikan faktor dari dalam negeri yang bisa mengganggu rupiah. Seharusnya kerja BI bisa sedikit lebih mudah," ujarnya.

Meski begitu, kata Farial, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan BI untuk membawa rupiah lebih stabil. Pertama, tidak membiarkan dana asing (hot money) bebas berkeliaran. Kedua, mewajibkan hasil devisa ekspor disimpan di dalam negeri dengan jangka waktu tertentu (holding period). Jika, mau ditransfer ke luar negeri, harus ada underlying atau tujuannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×