kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Minimalisir gejolak rupiah


Kamis, 20 Februari 2014 / 07:38 WIB
ILUSTRASI. BTR vs Evos Legends


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pengamat pasar uang, Farial Anwar menyambut positif diakhirinya acuan nilai tukar rupiah di pasar NDF, Singapura, mulai 28 Maret mendatang.

Menurutnya, selama ini, NDF memicu gejolak bagi rupiah di pasar spot Indonesia. Ujung-ujungnya, ikut mengguncang perekonomian kita. Pasalnya, orang Indonesia itu masih suka mengekor asing, sehingga suka terpengaruh pergerakan rupiah di pasar NDF.

Transaksi di pasar non deliverable forward (NDF) adalah transaksi forward yang tidak ada pengiriman rupiahnya. Transaksi diciptakan para spekulan asing yang sudah tidak bisa bermain atau mengambil keuntungan di pasar spot, setelah Bank Indonesia (BI) melarang transfer rupiah bagi warga asing.

Perlu diingat, BI mewajibkan transaksi forward di Indonesia menggunakan underlying. Misalnya, lindung nilai rupiah untuk kebutuhan ekspor atau impor.

Sayangnya, selama ini, bukan hanya warga asing yang berspekulasi di NDF Singapura, tapi, banyak juga WNI yang memainkan dananya di sana. Padahal, BI tidak bisa memonitor transaksi yang terjadi di Singapura.

Namun, kata Farial, penghentian NDF dan penggunaan acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI tak serta merta akan menyebabkan rupiah stabil. Rupiah masih akan bergerak liar, karena masih banyak faktor dari dalam negeri dan luar negeri yang bisa memengaruhinya. Tapi, setidaknya, dengan dihentikannya NDF dapat mengurangi salah satu aspek yang selama ini menyebabkan gejolak rupiah.

"BI pun akan bisa lebih fokus mengendalikan faktor dari dalam negeri yang bisa mengganggu rupiah. Seharusnya kerja BI bisa sedikit lebih mudah," ujarnya.

Meski begitu, kata Farial, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan BI untuk membawa rupiah lebih stabil. Pertama, tidak membiarkan dana asing (hot money) bebas berkeliaran. Kedua, mewajibkan hasil devisa ekspor disimpan di dalam negeri dengan jangka waktu tertentu (holding period). Jika, mau ditransfer ke luar negeri, harus ada underlying atau tujuannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×