kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Minim sentimen, begini rekomendasi analis untuk saham emiten pembiayaan multiguna


Senin, 13 September 2021 / 21:05 WIB
Minim sentimen, begini rekomendasi analis untuk saham emiten pembiayaan multiguna
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham emiten yang bergerak dalam bidang pembiayaan multiguna memang kalah ketimbang kinerja saham-saham bank digital. Meski begitu, beberapa saham multifinance ini mencetak kinerja yang cukup apik. Misalnya saja saham PT Fuji Finance Indonesia Tbk (FUJI) yang melejit 67,83% dalam waktu tiga bulan ini.

Disusul oleh saham PT KDB Tifa Finance Tbk (TIFA) yang sudah naik 98,23% dalam kurun waktu tiga bulan. Pada periode yang sama, BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) juga meningkat 27,38%, selanjutnya ada saham PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS) yang menguat 79,49%.

Selain itu ada saham PT Radana Bhaskara Finance Tbk (HDFA) yang melonjak 68,70% dalam waktu tiga bulan.

Di lain sisi, beberapa saham emiten pembiayaan multiguna juga memiliki kinerja yang negatif. Seperti saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) yang terkoreksi 5,23% dalam tiga bulan terakhir, PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) yang melemah hingga 64,16%, PT Batabia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) yang turun 0,4% dalam tiga bulan terakhir.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetyo mengatakan, kinerja saham emiten multifinance memang cenderung tertinggal jika dibandingkan dengan kinerja saham-saham kapitalisasi menengah kecil sektor finance lainnya, khususnya saham-saham bank mini.

Baca Juga: Saham-saham multifinance terdorong optimisme pemulihan ekonomi

Menurut Frankie, hal ini cukup wajar mengingat banyak investor lebih memilih saham-saham yang memiliki sentimen tinggi, terutama bank mini dengan wacana digitalisasi dan aksi merger atau di caplok oleh perusahaan e-commerce raksasa.

Ia menambahkan, memang sebagian besar saham-saham emiten multifinance masih cenderung lesu sejalan dengan belum pulihnya ekonomi. “Kondisi ini dikhawatirkan membuat rasio NPL multifinance meningkat, akibat kredit macet imbas dari tahun pandemi,” ungkapnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (13/9).

Terlebih, perusahaan multifinance sejauh ini lebih berfokus pada pembiayaan yang bersifat konsumtif. Selain itu, minimnya sentimen yang mendukung sektor multifinance di masa pandemi ini juga turut membuat kinerja saham-saham multifinance cenderung lesu.

Adapun program relaksasi pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dinilai menjadi salah satu katalis positif untuk sektor multifinance. 
“Sentimen insentif pajak PPnBM mobil tahun ini sebenarnya cukup membantu khususnya sektor multifinance otomotif seperti BFIN dan IMJS,” tambahnya.

Frankie melanjutkan, adanya relaksasi PPnBM tersebut bisa menopang kenaikan saham kedua emiten tersebut.

Dari laporan keuangannya, IMJS memperoleh total pendapatan Rp 1,96 triliun pada semester pertama 2021 atau turun 8,45% dari perolehan pendapatan pada periode yang sama tahun 2020 senilai Rp 2,13 triliun.

Sejalan dengan itu, IMJS mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 25,48 miliar. Padahal pada semester pertama tahun lalu emiten ini masih menanggung rugi sebesar Rp 13,12 miliar.

Begitu juga dengan laba bersih BFIN yang berhasil tumbuh menjadi Rp 487,43 miliar pada semester pertama tahun ini atau naik 46,79% secara yoy.

Beberapa emiten pembiayaan multiguna yang juga meraih pertumbuhan laba bersih seperti FUJI dan TIFA. “Untuk TIFA juga kenaikannya disebabkan karena adanya corporate action,” imbuhnya.

Pada semester pertama tahun ini, laba tahun berjalan TIFA tercatat sebesar Rp 15,73 miliar atau tumbuh dari Rp 13,87 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Dari sektor ini, Frankie menjelaskan pelaku pasar perlu memperhatikan likuiditas saham-sahamnya dan sebaiknya memilih saham dengan likuiditas yang cukup tinggi. 

Tak hanya itu, investor bisa juga mencermati dari sisi kinerja dan kekuatan permodalan emiten untuk kegiatan financing yang menjadi lini bisnis utama. Ia bilang pelaku pasar boleh melirik saham BFIN dan IMJS.

Namun karena kedua saham ini juga sudah reli, untuk BFIN bisa masuk di level Rp 1.000 dengan target di Rp 1.200 dan IMJS bisa entry di Rp 550 dengan target ke Rp 700.

Selanjutnya: Penyaluran kredit sepeda motor masih melempem

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×