kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Minat IPO Sepi Disebabkan Kondisi Pasar Modal yang Tak Kondusif


Minggu, 07 September 2025 / 18:30 WIB
Minat IPO Sepi Disebabkan Kondisi Pasar Modal yang Tak Kondusif
ILUSTRASI. IHSG Konsisten Di Zona Hijau-Suasana di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (2/9/2025).KONTAN/Cheppy A. Muchlis/02/09/2025. Hingga 4 September 2025, total gelaran IPO di BEI baru ada 22 emiten baru dengan nilai emisi sebesar Rp 10,39 triliun, 33,33% dari target 2025.


Reporter: Rashif Usman | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aktivitas penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) masih jauh dari target Bursa Efek Indonesia (BEI) di sepanjang tahun 2025.

Hingga 4 September 2025, total gelaran IPO di BEI baru ada 22 emiten baru dengan nilai emisi sebesar Rp 10,39 triliun. Padahal, BEI menargetkan ada 66 emiten baru yang menggelar penghimpunan dana melalui aksi korporasi IPO.

Dengan jumlah IPO yang baru mencapai 22 emiten, artinya BEI baru mengamankan 33,33% dari target yang dicanangkan setahun penuh. Dus, di sisa tahun 2025 yang sekitar empat bulan lagi, BEI harus mendapatkan 44 emiten lagi untuk mengejar target IPO tahun ini.

Pengamat pasar modal sekaligus Direktur Avere Investama Teguh Hidayat berpendapat sepinya aksi IPO saat ini tak lepas dari kondisi pasar modal domestik yang kurang kondusif.

Baca Juga: Aktivitas IPO Sepi Dipengaruhi Ketidakpastian Global dan Domestik

Ini terlihat dari banyaknya saham yang mengalami pelemahan di tengah penguatan IHSG yang lebih banyak didorong oleh saham konglomerasi seperti PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).

Teguh juga bilang selain jumlah IPO yang masih rendah dari target, nilai emisi yang dihimpun juga belum ada yang signifikan. Terakhir, IPO dengan nilai besar terjadi pada aksi korporasi PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) akhir tahun lalu.

Sementara sepanjang 2025, menurut Teguh, tidak ada IPO besar yang benar-benar menonjol. Jika pun ada, umumnya hanya dari grup konglomerat, sedangkan sisanya perusahaan kecil.

Ia menambahkan antrean IPO besar seperti PT Super Bank Indonesia milik Grup Emtek atau PT Pertamina Hulu Energi pun masih menunggu momentum yang tepat. Pasalnya, kondisi pasar modal saat ini masih dibayangi keluarnya investor asing dan pelemahan sejumlah saham.

Lebih jauh, Teguh menyoroti kenaikan IHSG di tengah turunnya sebagian besar saham turut menambah ketidakpastian.

"Kalau saham-saham turun, lalu IHSG turun itu sih pelaku pasar berharap IHSG akan naik lagi. Tapi bagaimana ceritanya kalau saham-saham turun sedangkan IHSG-nya naik. Analisanya jadi membingungkan," kata Teguh kepada Kontan, Minggu (7/9).

Situasi ini juga yang membuat investor asing memilih keluar, sementara investor publik pun gamang. Alhasil, penjamin emisi membaca kondisi pasar tersebut dan menyimpulkan bahwa IPO yang dipaksakan saat ini berisiko tidak terserap, sehingga lebih baik menunggu hingga situasi lebih kondusif.

"Saran saya IHSG jangan dibiarkan digoreng begini karena menimbulkan kebingungan. Dan kalau perusahaan mau IPO ya harus beneran bagus. Yang IPO dari kemarin kan kalau bukan perusahaan kecil engga jelas ya punya grup konglomerat," tambah Teguh.

Dus, Teguh memperkirakan target 66 emiten IPO tahun 2025 sulit tercapai.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat saat ini ada 10 perusahaan dalam pipeline IPO dengan potensi dana emisi sekitar Rp 6,18 triliun.

Menurut Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pasar Modal, Derivatif Keuangan, dan Bursa Karbon OJK, 10 calon emiten itu telah menyampaikan pernyataan pendaftaran dan kini dalam proses penelaahan.

“Jumlah tersebut diyakini akan bertambah. Mengingat rata-rata laporan keuangan periode Juni yang dilakukan audit secara menyeluruh akan selesai pada September,” jelasnya dalam konferensi pers, Kamis (4/9/2025). 

Inarno juga bilang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas, pihaknya akan melakukan penyempurnaan regulasi. 

“OJK sedang mengkaji beberapa peraturan terkait penawaran umum untuk melakukan simplifikasi proses dan penyempurnaan ketentuan mengikuti perkembangan terkini,” ucap dia. 

Pada Juni 2025, OJK telah mengeluarkan Peraturan OJK (POJK) 13/2025, yang antara lain mengatur underwriter untuk melakukan uji tuntas terhadap calon emiten sebelum perusahaan menyampaikan pendaftaran kepada OJK.

Baca Juga: Lippo General Insurance Angkat Roberto Fernandez Jadi Komisaris

Selanjutnya: Kemudahan Akses Transportasi Jadi Pertimbangan Konsumen Tinggal di Cibubur

Menarik Dibaca: Biar Lebih Aman, Begini Cara Cermat Memilih Mobil Bekas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
BOOST YOUR DIGITAL STRATEGY: Maksimalkan AI & Google Ads untuk Bisnis Anda! Business Contract Drafting

[X]
×