Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (4/1). Pemerintah memasang target indikatif sebesar Rp 25 triliun-Rp 37,5 triliun pada lelang perdana yang digelar pada tahun ini.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana memperkirakan, minat pasar terhadap lelang tersebut akan bagus dan tinggi. Hal ini tidak terlepas dari sudah berhentinya lelang di pasar primer dalam dua bulan terakhir.
Alhasil terdapat kebutuhan yang tinggi bagi para investor untuk menambah kepemilikan di SUN, khususnya investor domestik.
“Dari kelompok perbankan, dengan likuiditas mereka yang berlimpah, masuk ke SUN akan jadi pilihan. Sementara kelompok fund manager juga ada kebutuhan untuk mengatur ulang aset investasi mereka, terlebih pada awal tahun seperti sekarang,” ujar Fikri ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (3/1).
Baca Juga: Setelah Lama Vakum, Lelang SUN Perdana Tahun Ini Diproyeksikan Akan Ramai Peminat
Sementara untuk partisipasi investor asing, Fikri meyakini jumlah maupun nominal yang masuk pada lelang esok belum akan signifikan. Menurutnya, investor asing cenderung wait and see dan menahan diri seiring dengan sikap hawkish The Fed.
Walau demikian, ia cukup optimistis jumlah penawaran yang masuk pada lelang Selasa bisa mencapai Rp 75 triliun.
Pada lelang esok hari, dia memperkirakan investor akan memburu seri bertenor pendek seiring adanya volatilitas akibat sentimen kenaikan suku bunga serta yield US Treasury yang juga mulai naik beberapa hari terakhir. Seri ini akan jadi incaran lantaran para investor ingin menghindari risiko.
Di satu sisi, tidak menutup kemungkinan seri yang bertenor panjang juga akan jadi pilihan para investor. Pasalnya, dengan tren pemulihan ekonomi, apalagi data PMI yang juga semakin membaik, memberikan peluang untuk optimalkan yield.
“Sementara untuk yield pada lelang besok berpotensi bergerak naik karena yield US Treasury yang juga mulai naik, tapi ini sepertinya hanya terjadi untuk tenor jangka pendek. Kalau menengah-panjang kenaikannya cenderung terbatas,” tutup Fikri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News