kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MI gencar tawarkan produk investasi plus asuransi


Selasa, 19 Juni 2012 / 11:30 WIB
MI gencar tawarkan produk investasi plus asuransi
ILUSTRASI. Daun suji


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Belakangan, pasar finansial global masih bergerak liar sehingga menyebabkan investor enggan berinvestasi. Itu sebabnya, beberapa Manajer Investasi (MI) berupaya keras menarik minat pemilik modal untuk menanamkan dananya.

Misalnya saja, sejumlah MI telah mengemas produk reksadananya dengan tambahan layanan investasi lain. Seperti yang dilakukan oleh BNI Asset Management yang bekerja sama dengan PT Sun Life Financial Indonesia. Pada Mei lalu, dua perusahaan ini baru saja menelurkan produk BNI-AM Dana Terencana, yaitu produk reksadana campuran yang juga memberikan manfaat asuransi jiwa.

Direktur Utama PT BNI Asset Management, Idhamsyah Runizam menjelaskan, tujuan diluncurkannya produk ini adalah dalam rangka menyulut minat berinvestasi kepada nasabah di tengah kondisi pasar yang bergerak fluktuatif dan rentan dengan isu -isu global.

"Dengan memberikan bonus asuransi jiwa, maka hal itu dapat memberikan gambaran dan rangsangan bagi investor untuk berani menanam modal untuk periode jangka panjang," kata Idhamsyah kepada KONTAN, Senin (18/6). Tentunya, hal ini juga sudah mempertimbangkan kondisi makro domestik Indonesia yang masih bagus untuk ke depannya.

Kata Idhamsyah, strategi memberikan tambahan bonus asuransi tersebut cukup berhasil menarik minat nasabah ritel akan produk anyar ini. "Sampai saat ini, dalam beberapa minggu saja, dana kelolaan BNI-AM Dana Terencana sudah mencapai Rp 160 miliar," imbuhnya. Bahkan, Idhamsyah optimistis, sampai akhir tahun pihaknya bisa mengantongi Rp 2 triliun, khusus untuk produk ini saja.

Dia menuturkan semenjak MI BNI-AM sudah mencium pasar saham akan anjlok dan sebagai strategi portfolio produknya, pihaknya mengurangi proporsi saham di produk tersebut menjadi hanya 20%. "Saat ini dana kelolaan nasabah masih kami taruh di deposito. Nanti, kalau pasar naik kembali, baru kami akan mulai beli saham," jelas Idhamsyah.

Menurut dia, itulah mengapa BNI-AM mengambil bentuk reksadana berjenis campuran, karena bisa disesuaikan dengan keadaan pasar yang cenderung volatil. Dia menargetkan, produknya bisa mememberikan return 12%-13% sampai akhir tahun nanti. Idealnya, produk BNI-AM Dana Terencana ini ditujukan untuk masa investasi selama lima tahun. Dalam periode tersebut, pihaknya memprediksikan return yang dicapai bisa 120%.

Selain itu, ada pula Bank CIMB Niaga yang meluncurkan layanan berinvestasi di reksadana dan tabungan berkala dengan bunga kompetitif. Melalui produk ini, nasabah juga akan mendapatkan perlindungan asuransi jiwa. Nah, produk ini dikenal dengan nama CIMB Niaga Regular Invesment Saving Plan plus Insurance Benefit (CRISP Plus).

Kemasan menarik

Dalam meluncurkan produk ini, Bank Niaga bersinergi dengan dua perusahaan terafiliasi CIMB Group di indonesia, yaitu PT CIMB Principal Aseet Management dan PT CIMB Sun Life.

Saat acara launching produk Senin (11/6) lalu, pihak management CIMB Principal Asset Management menyampaikan, layanan CRIP Plus adalah layanan yang menjadi pendukung dan solusi bagi nasabah dalam menabung sekaligus berinvestasi.

Theodorus Praska, Analis PT Infovesta Utama mengakui bahwa bentuk pengemasan yang menarik tersebut merupakan strategi MI untuk meningkatkan penjualan produk reksadana karena memungkinkan investor untuk mendapatkan produk investasi sekaligus mendapatkan proteksi dari asuransi yang ditawarkan.

Apabila dihubungkan dengan turunnya kondisi pasar sekarang, menurut Praska, hal itu tidak ada hubungannya sama sekali. Menurutnya, berinvestasi reksadana bukan merupakan investasi jangka pendek, melainkan jangka panjang.

"Sementara profil resiko investor lebih terkait pada jenis reksadana yang akan dipilih (saham, pendapatan tetap, campuran, atau pasar uang), bukan pada bentuk pengemasan produknya," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×