Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PAM Mineral Tbk (NICL) mencatatkan kenaikan laba bersih di tengah penurunan pendapatan pada semester I 2024. Meski begitu, NICL mencatat laba tumbuh 13,71% di paruh pertama tahun ini.
Melansir laporan keuangan, NICL mencatatkan penurunan penjualan 11,95% secara tahunan alias year on year (yoy) ke Rp 419,19 miliar di semester I 2024. Pada periode sama tahun lalu, NICL mencatat penjualan Rp 476,08 miliar.
Beban pokok penjualan turun ke Rp 276,33 miliar per 30 Juni 2024, dari sebelumnya Rp 340,11 miliar pada 30 Juni 2023. Alhasil, laba usaha naik 1,24% yoy ke Rp 87,86 miliar di akhir Juni 2024.
Baca Juga: Menyaring Saham Lapis Kedua & Lapis Ketiga Saat Blue Chip dan IHSG Jeblok
Meski begitu, NICL membukukan kenaikan laba bersih sebesar 13,71% yoy ke Rp 73,47 miliar di semester I 2024. Pada periode sama tahun lalu, NICL mencatat laba bersih Rp 64,72 miliar.
Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk Ruddy Tjanaka mengatakan, penurunan penjualan disebabkan harga rata-rata nikel pada semester I 2024 lebih rendah dari harga rata-rata nikel pada semester I 2023.
Namun, sisi volume penjualan NICL naik 4,2% yoy ke 707.597 metrik ton di semester I 2024.
“PAM Mineral juga berhasil melakukan efisiensi sekaligus mengoptimalkan sumber daya di tengah kondisi operasional yang cukup menantang, yakni curah hujan yang cukup tinggi pada periode Januari hingga Juni 2024,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Jumat (26/7).
Hingga 30 Juni 2024, NICL membukukan total aset Rp 918,71 miliar. Ini naik 7,22% dari total aset per 31 Desember 2023 yang sebesar Rp 856,83 miliar. Ekuitas NICL per akhir Juni tercatat Rp 781,84 miliar, naik 4,88% dari akhir Desember 2023 sebesar Rp 745,47 miliar.
Ruddy memaparkan, NICL menargetkan produksi nikel sebesar 2,6 juta metrik ton di tahun 2024. Target ini lebih besar 41% dari realisasi produksi nikel perseroan di tahun 2023 yang sebesar 1,84 juta metrik ton.
“Besaran target tersebut juga untuk produksi bijih nikel berkadar Ni 1,3%-1,50%. Peningkatan target produksi ini didasari dengan adanya permintaan market yang semakin meningkat, karena semakin banyak smelter yang beroperasi,” paparnya.
Saat ini, NICL telah mendapatkan persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) periode 2024-2026 dengan total volume penjualan yang telah disetujui sebesar 7,8 juta wet metrik ton.
Untuk mendukung kinerja operasional dan terpenuhinya target perseroan, NICL tengah melakukan peningkatan dan pengembangan untuk daya dukung infrastruktur tambang eksisting, baik berupa angkutan jalan tambang dan pelabuhan.
Baca Juga: PAM Mineral Bidik Penjualan 2,5 Juta WMT
Ruddy menuturkan, perseroan optimistis peningkatan produksi tersebut relevan terhadap prospek permintaan dan penawaran di tengah kondisi perkembangan kebutuhan industri nikel yang semakin meningkat.
Di tahun 2024, NICL juga akan fokus pada rencana peningkatan cadangan nikel. Untuk merealisasikan rencana peningkatan cadangan, Perseroan berupaya secara konsisten melakukan kegiatan eksplorasi yang berkelanjutan melalui konservasi cadangan dan optimalisasi cadangan marginal.
Selain itu, NICL melakukan pengembangan sistem digital, khususnya terkait teknologi operasional. Perseroan pun mulai menerapkan penggunaan aplikasi Sistem Digitalisasi Keselamatan Pertambangan (SLAMET).
Aplikasi ini dibuat oleh Perseroan sebagai solusi inovatif untuk mempermudah operasional, implementasi, pengawasan, serta pelaporan operasional dan keselamatan pertambangan.
“Dengan aplikasi SLAMET, kami berharap dapat membantu Perseroan dalam mengurangi risiko kecelakaan, meningkatan efisiensi kerja operasional, serta memenuhi kewajiban sebagai perusahaan tambang yang melaksanakan Good Corporate Governance (GCG),” tutur Ruddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News