kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Meski kinerja Astra Agro (AALI) turun di kuartal I-2019, analis rekomendasikan beli


Kamis, 02 Mei 2019 / 22:53 WIB
Meski kinerja Astra Agro (AALI) turun di kuartal I-2019, analis rekomendasikan beli


Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk masih belum memuaskan sepanjang kuartal -2019. Tekanan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) kembali menjadi katalis negatif bagi emiten berkode AALI tersebut.

 
Seperti yang diketahui, pendapatan AALI merosot 4,8% (yoy) menjadi Rp 4,23 triliun pada kuartal pertama 2019. Di saat bersamaan, laba bersih perusahaan tergerus 89,5% (yoy) menjadi Rp 37 miliar.
 
Analis Indo Premier Sekuritas Frederick Daniel Tanggela menyampaikan, hasil negatif yang diperoleh AALI diakibatkan oleh penurunan harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) CPO sebesar 20% (yoy) di kuartal I-2019 menjadi Rp 6.252 per kilogram. “Di sisi lain, beban bahan baku dan pemrosesan serta biaya penjualan mengalami peningkatan,” sebutnya dalam riset 26 April lalu.
 
Frederick menilai, langkah AALI untuk menggapai kinerja yang lebih baik masih cukup terjal lantaran harga CPO juga masih sulit melonjak secara signifikan. Katalis negatif bagi harga CPO berasal dari Uni Eropa yang bakal menerapkan regulasi Renewable Energy Directive (RED) II mulai bulan ini. Dalam regulasi tersebut, CPO masuk ke dalam daftar produk yang tidak ramah lingkungan oleh Uni Eropa.
 
Dari situ, ia merevisi perkiraan harga CPO global dari RM 2.500 menjadi RM 2.300 per metrik ton pada tahun ini.
 
Padahal, Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe bilang, AALI tak lantas kehilangan pasar walau ada ancaman larangan ekspor CPO ke negara-negara Uni Eropa. Emiten ini masih bisa menjual CPO ke Malaysia mengingat adanya implementasi kebijakan porsi biodiesel sebesar 10% dalam campuran bahan bakar minyak (BBR) atau B-10 di negara tersebut.
 
Di samping itu, permintaan CPO dalam negeri masih tergolong besar. Apalagi, di tahun ini pemerintah berencana memberlakukan mandatori biodiesel 30% atau B-30. Penerapan kebijakan ini dinilai dapat menggantikan potensi penurunan permintaan CPO dari Uni Eropa.
 
Hanya saja ia mengakui, kebijakan-kebijakan yang disebut tadi belum tentu berdampak signfikan terhadap pergerakan CPO di pasar. “Artinya kalau harga CPO masih tetap dalam tren melemah, sulit bagi AALI untuk mencetak kinerja yang cemerlang,” ungkap dia, Kamis (2/5).
 
Kendati demikian, Kiswoyo memandang saham AALI masih punya potensi upside yang signifikan di tahun ini, sehingga ia tetap merekomendasikan beli dengan target harga Rp 13.000 per saham.
 
Frederick juga memberi rekomendasi beli saham AALI dengan target Rp 12.000 per saham. Namun, ia memprediksi pendapatan AALI turun 3,45% di akhir tahun nanti menjadi Rp 18,42 triliun. Sedangkan laba bersih perusahaan juga diperkirakan turun 6,29% menjadi Rp 1,34 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×