kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski jadi mata uang terlemah terhadap dolar AS, analis: Prospek rupiah masih bagus


Senin, 20 April 2020 / 17:29 WIB
Meski jadi mata uang terlemah terhadap dolar AS, analis: Prospek rupiah masih bagus


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persebaran virus corona yang melanda sejak awal tahun 2020 telah mengubah keadaan di pasar. Dolar Amerika Serikat (AS) menjadi mata uang yang paling diburu karena sifatnya sebagai safe haven sekaligus mata uang yang paling dicari.

Rupiah yang sempat berada dalam tren positif ketika mengawali tahun ini menjadi tak berdaya di hadapan The Greenback. Memulai awal tahun, rupiah berada di level Rp 13.886 per dolar AS. Namun per hari ini, Senin (20/4), rupiah sudah berada di level Rp 15.413 per dolar AS.

Artinya rupiah telah melemah 11,16% secara year to date (ytd). Dengan kinerja tersebut, rupiah menjadi salah satu mata uang yang paling lemah terhadap dolar AS.

Baca Juga: Rupiah menguat 0,33% ke level Rp 15.413 pada akhir perdagangan Senin (20/4)

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan sentimen utama yang melemahkan rupiah terhadap dolar AS adalah kekhawatiran pelaku pasar mengenai dampak penyebaran virus corona terhadap ekonomi. Pasalnya penyebaran ini telah memporak-porandakan ekonomi negara-negara maju.

Alwi mencontohkan ekonomi China yang terkontraksi 6,8% hingga jumlah klaim tunjangan pengangguran di AS yang melonjak menjadi 22 juta orang hanya dalam sebulan imbas dari pandemi corona. Sementara dari Indonesia, gelombang PHK juga turun menjadi sentimen pemberat rupiah.

“Kondisi tersebut memicu perlambatan ekonomi global sehingga investor mengalihkan dananya ke dolar AS sebagai safe haven sekaligus menjaga likuiditas. Sementara aset berisiko pun semakin dihindari, termasuk rupiah,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Senin (20/4).

Oleh sebab itu, kondisi ini pada akhirnya membuat IMF telah mengeluarkan proyeksi terkait pertumbuhan dunia yang akan berkontraksi hingga 3%, Bahkan jika virus corona terus memburuk dan tak kunjung berhasil diatasi, angka kontraksi bertambah 3% lagi menjadi minus 6%.

Ke depannya Alwi melihat prospek pasangan USD/IDR masih sangat bergantung pada sentimen risk aversion dan risk appetite. Kebijakan-kebijakan melonggarkan lockdown hingga pembukaan kembali ekonomi menjadi sentimen positif beberapa waktu terakhir. Sentimen tersebut pada akhirnya menurut Alwi bisa meningkatkan risk appetite.

“Rupiah sebagai aset berisiko, tentu akan mendapat dorongan dari sentimen. Jika virus corona bisa mereda mulai Juni seperti perkiraan, pergerakan rupiah kemungkinan akan semakin menguat,” tambah Alwi.

Baca Juga: Rupiah melemah tipis ke Rp 15.470 per dolar awal pekan, Senin (20/4)

Alwi juga menambahkan, dengan gelontoran stimulus The Fed yang unlimited, pada akhirnya membuat pasokan dolar AS saat ini juga jadi melimpah. Oleh karena itu, Alwi memperkirakan bahwa sentimen tersebut bisa mengikis pelemahan rupiah.

“Pada akhir tahun nanti, level support rupiah akan berada di Rp 14.700 per dolar AS. Sedangkan level resistance akan di Rp 15.900 per dolar AS,” tutup Alwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×