Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melaporkan kerugian bersih pada kuartal II tahun ini. Kerugian PGN mencapai US$ 41 juta pada periode April - Juni 2020.
Angka ini lebih buruk dari kuartal I tahun 2020 yang masih mencetak untung bersih US$ 48 juta. Menurut Arief Budiman, Analis Ciptadana Sekuritas dalam riset 7 September 2020, penyebab kerugian PGAS pada kuartal II tahun ini adalah pendapatan yang lebih rendah yakni 32% secara kuartal per kuartal (QoQ) menjadi US$ 595 juta.
Baca Juga: Pendapatan dan Laba Bersih PGAS Semester I-2020 Anjlok, Efisiensi Jadi Senjata Utama
Faktor lain adalah terjadi peningkatan biaya operasional selama kuartal II sebesar 21% secara qoq menjadi US$ 144 juta. Akibatnya, laba operasi PGAS turun 81% secara qoq menjadi US$ 31 juta. Ini menyiratkan penurunan margin laba operasi 1.400 bps menjadi hanya 5,3%.
Profitabilitas PGAS semakin tertekan karena terjadi penurunan nilai properti minyak dan gas, biaya sengketa pajak dan laba yang lebih rendah dari joint venture sehingga menghapus laba operasi.
Akibat kerugian bersih pada kuartal II tahun ini, PGAS membukukan penurunan laba bersih sebesar 88% secara year on year (yoy) menjadi US$ 7 juta pada semester I tahun ini. Arief menuliskan, laba bersih tersebut hanya memenuhi 6% dari target laba bersih PGAS di tahun ini.
Pendapatan PGAS di semester I tahun ini juga turun 18% secara yoy menjadi US$ 1,47 miliar dan hanya memenuhi 45% dari proyeksi yang dibuat Ciptadana.
"Secara keseluruhan hasil kinerja PGAS di semester I tahun 2020 di bawah ekspektasi," terang Arief dalam riset. Pasalnya, laba operasi PGAS juga hanya memenuhi 54% dari target Ciptadana. Laba usaha PGAS turun 23% secara yoy menjadi US$ 199 juta pada semester I tahun ini.
Baca Juga: Hingga Agustus, ESDM telah bangun jargas sebanyak 90.348 sambungan
"Semua segmen membukukan pendapatan yang lebih lemah dan margin menyusut," kata Arief. Segmen pendapatan distribusi gas memenuhi 83% dari pendapatan konsolidasi turun 29% secara qoq menjadi US$ 492 juta. Ini karena terjadi penurunan volume gas sebesar 2% menjadi 865 BBTUD.
Harga jual rata-rata turun
Faktor lain adalah terjadi penurunan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) sebesar 25,2% menjadi US$ 6,5 per mmbtu. Ini sebagai akibat penurunan harga gas sebesar US$ 6 per mmbtu untuk beberapa industri pelanggan yang mulai berlaku pada kuartal II tahun ini.
"Kami belum mendapatkan informasi detail tentang ASP untuk distribusi gas dan biaya dari PGAS. Perhitungan kami berdasarkan klasifikasi dalam rincian pendapatan yang mungkin termasuk gas olahan per angka LNG," tulis Arief.