Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
Namun, yang menjadi tanda tanya Teguh adalah cara pemerintah mengomunikasikan kebijakan dan stimulus tersebut kepada publik yang dirasa masih kurang. Oleh karena itu, informasi yang diterima oleh publik dan pelaku pasar jadi sangat minim.
“Kemarin memang ada stimulus segala macem tetapi tidak ada konferensi pers, tidak ada pengumuman bahwa inilah kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dalam rangka menanggulangi perlambatan ekonomi yang sudah pasti terjadi akibat korona,” sambung dia.
Baca Juga: IHSG turun 29,25%, BBNI dan BRPT lengser dari top 10 market caps
Khusus untuk otoritas pasar modal seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Teguh menilai kedua lembaga pasar modal ini kurang berani untuk ‘show off’ di hadapan public.
Padahal, kehadiran mereka dinilai sangat penting dalam menenangkan pelaku pasar. “Bagi masyarakat umum, mereka fokusnya ke Menteri Kesehatan. Bagi kami pelaku pasar. Ya ke otoritas pasar modal. Nah otoritas ini seakan diam saja,” sambung dia.
Stimulus broad-based pajak
Di sisi lain, Kepala Riset Trimegah Sekuritas Sebastian Tobing menilai perlu adanya stimulus basis pajak atau sering disebut sebagai broad base ini bukan hanya ditujukan ke sektor-sektor tertentu saja.
“Tetapi stimulus yang paling efektif itu simpel, broad based Rp 1.000.000 per rumah tangga (house hold) misalnya,” terang Sebastian kepada Kontan.co.id, Selasa (17/3).
Baca Juga: Investor asing koleksi 10 saham ini di tengah penurunan IHSG
Terkait penanganan corona dari segi medis, Sebastian memberi contoh bahwa Singapura dan Taiwan sangat cepat dan tanggap dalam segi penanganan. “Di sana kan cepat dan terbuka komunikasinya,” tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News