Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas sektor saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tumbuh seirama dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Sejak awal tahun ini hingga kemarin (ytd), IHSG sudah tumbuh 11,94%. Anomali dengan pasar, pergerakan saham properti justru minus 4,04% (ytd). Padahal sektor lain, seperti saham finansial menanjak 26,06% (ytd).
Analis melihat, keterpurukan saham properti justru menjadi peluang untuk masuk. Sebab, sektor properti berpotensi rebound pada 2018.
Nah, ada beberapa saham properti dengan kapitalisasi pasar di bawah Rp 20 triliun yang layak dilirik. Salah satunya adalah PT PP Properti Tbk (PPRO).
Analis OSO Sekuritas, Riska Afriani menilai, PPRO memiliki penjualan cukup bagus. Saat ini, PPRO mencatatkan marketing sales setara dengan 75% dari target 2017.
Meski demikan, beberapa hal patut diperhatikan ketika ingin mengoleksi PPRO. Apalagi, saham PPRO sudah naik tinggi dalam beberapa waktu terakhir. "PPRO cukup menarik, tapi PER-nya masih 27,13 kali. Meski masih tinggi, saham ini masih layak koleksi," ungkap Riska.
Selain PPRO, saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga menarik. Emiten ini tengah menggeber megaproyek Meikarta. Kemudian saham PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) juga masuk daftar saham properti menarik versi OSO Sekuritas.
Riska merekomendasikan buy saham PPRO, LPKR dan MMLP dengan target masing-masing Rp 220, Rp 870 dan Rp 665 per saham.
Analis First Asia Capital, David Sutyanto juga menjagokan PPRO sebagai saham properti memiliki kapitalisasi pasar di level menengah. Salah satu alasannya, harga PPRO sedang terkoreksi dan berpotensi menanjak.
"PPRO adalah anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tentu emiten ini akan memperoleh proyek pemerintah," kata David, yang merekomendasikan buy PPRO dengan target Rp 270 per saham.
David menggarisbawahi beberapa tantangan di sektor properti yang perlu dicermati. Misalnya, penurunan suku bunga acuan BI dan program 1 juta rumah yang diusung oleh pemerintah. Dengan begitu, pasokan properti semakin tinggi sehingga harganya cenderung menurun.
David juga mengingatkan, kemampuan masyarakat masih menjadi menahan laju bisnis properti. Seperti diketahui, daya beli masyarakat cenderung menurun sehingga berpotensi mempengaruhi penjualan properti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News