Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham tanah air masih digelayuti sejumlah sentimen, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satunya adalah kondisi pasar saham di Amerika Serikat (AS), dimana Indeks S&P yang sedang mengalami pelemahan (bear rally).
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai, pasar ekuitas AS berada dalam kondisi yang tidak stabil kemungkinan disebabkan oleh naiknya suku bunga acuan beberapa kali oleh The Fed. Agus melihat hal tersebut dapat menyebabkan Inflasi dan resesi yang tidak terkendali pada Pasar AS.
Bahkan, negara Paman Sam ini 33% berpotensi mengalami resesi, menurut riset Bloomberg. Hal ini menunjukkan faktor ketidakpastian di AS masih cukup tinggi.
Kedua, melambungnya harga komoditas sebagai akibat perang antara Ukraina dan Rusia serta pembukaan kembali aktivitas ekonomi (economic reopening). Dalam hal ini, Indonesia diuntungkan oleh fenomena booming komoditas. Ini tercermin dari current account domestik yang mengalami surplus.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Kalbe Farma (KLBF) yang Sedang Tertekan Koreksi Rupiah
Melambungnya harga komoditas juga berdampak terhadap penjualan kendaraan bermotor dan juga penjualan semen. “Saya melihat harga komoditas mulai berdampak ke daya beli masyarakat,” terang Agus di Jakarta, Selasa (28/6).
Namun, Agus menduga harga komoditas akan mulai melandai pada kuartal ketiga. Secara perlahan, sejumlah komoditas yang tadinya memanas akan mulai mendingin. Hanya saja, untuk batubara, Agus menilai harga komoditas energi ini masih akan tetap tinggi. Faktor ketidakpastian perang antara Rusia dengan Ukraina masih menjadi penyebabnya.
Ketiga, pasar saham juga dihadapkan dengan kondisi kenaikan inflasi dan kenaikan tingkat suku bunga. Inflasi yang tinggi akan membuat bank sentral menaikkan suku bunga. “Masa seperti ini membuat volatilitas tinggi. Ini yang menjadi risiko,” sambung dia.
Pada kuartal ketiga, pasar akan melihat sikap BI dan sikap The Fed.
Menurut Agus, Bank Indonesia akan mulai menaikkan tingkat suku bunganya pada kuartal ketiga 2022. Proyeksi dia, bank sentral Indonesia ini bisa menaikkan suku bunga BI-7DRRR sebesar 50 basis points (bps) sampai 75 bps di tahun ini.
Baca Juga: Yuk Intip Rekomendasi Saham Agung Podomoro Land (APLN)
Hanya saja, perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi ancaman. Perlambatan ekonomi akan membuat harga komoditas menurun dengan cepat seiring melemahnya permintaan.
Lebih lanjut, perang dagang dan berlanjutnya konflik antara Rusia dengan Ukraina akan menyebabkan disrupsi pada rantai supply, yang menyebabkan kondisi tingginya permintaan namun dengan penjualan yang rendah.
Aldiracita Sekuritas sendiri memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di rentang 7.200 sampai 7.500 hingga akhir tahun ini. Sejumlah sentimen diyakini bisa mendorong IHSG selama paruh kedua 2022, seperti pertumbuhan earnings emiten di kuartal kedua 2022.
Tingkat perekonomian juga diyakini akan kembali ke waktu sebelum pandemi (pre-Covid). Di sisi lain, masa transisi kenaikan suku bunga menjadi risiko. Di kuartal ketiga sendiri, Agus memprediksi IHSG akan bergerak di rentang 6.900-7.200.
“Ekspektasi yang bagus sebagian besar sudah di-price in oleh pasar,” terang dia.
Saham pilihan
Menurut Agus, sektor yang dapat dicermati oleh investor pada semester kedua 2022 diantaranya sektor barang konsumsi primer, komoditas, komunikasi, dan perbankan, dengan saham-saham pilihan diantaranya PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Japfa Confeed Indonesia Tbk (JPFA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
Meskipun sensitif terhadap suku bunga, saham BBTN dinilai atraktif karena valuasinya yang murah. Margin memang akan menurun jika suku bunga naik. Hanya saja, loan growth diyakini akan tetap tinggi.
JPFA yang merupakan saham sektor consumers non-cyclical diuntungkan dengan kenaikan harga ayam broiler. INCO dan PTBA diuntungkan dengan fenomena booming komoditas.
Sementara TLKM disokong oleh prospek industri telekomunikasi yang cukup tangguh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News