Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Nilai tukar rupiah menjelang siang hari ini, Selasa (1/4) menguat. Penguatan rupiah terjadi karena adanya perkiraan neraca perdagangan Indonesia kembali surplus dan angka inflasi mencatat perlambatan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, ekspor diproyeksikan bisa surplus ketimbang impor di bulan Februari dengan nilai surplus US$ 760 juta. Sebelumnya, analis yang di survei Bloomberg memproyeksikan nilai surplus hanya US$ 300 juta.
Sementara itu, di bulan Januari terjadi defisit perdagangan sebesar US$ 431 juta karena saat itu aturan larangan ekspor tambah mentah berlaku. "Investor asing bergegas membeli rupiah pada ekspektasi adanya surplus perdagangan, seperti yang diisyaratkan oleh Bank Indonesia," kata Tri Sulistianing Astuti, analis dari PT Bank Rakyat Indonesia.
Ia menjelaskan, pasar tak begitu khawatir dengan larangan ekspor bijih logam mentah. Sebab, ada cara lain yang bisa meningkatkan ekspornya.
Bloomberg melaporkan, nilai tukar rupiah menguat 0,7% menjadi Rp 11.283 per dolar AS pada pukul 9:51, Selasa (1/4). Di pasar luar negeri, rupiah non -deliverable forward (NDF) naik 0,8% menjadi Rp 11.295 per dolar AS.
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,8% menjadi 4.854,22. IHSG ini menuju kenaikan terbesar sejak 14 Maret. Saham yang naik adalah PT Astra International Tbk (ASII) naik 3,7% dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 3,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News