kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,91   -17,61   -1.88%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang peluang investasi berbasis saham dan obligasi di 2019


Kamis, 13 Desember 2018 / 21:44 WIB
Menimbang peluang investasi berbasis saham dan obligasi di 2019
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi membaiknya kinerja pasar saham dan obligasi di tahun 2019 memberi angin segar bagi para investor. Instrumen investasi berbasis saham dan obligasi pun sama-sama berpotensi memberikan imbal hasil menarik sepanjang tahun depan.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto berpendapat, instrumen berbasis saham berpotensi mencetak imbal hasil optimal sepanjang 2019. Hal ini didorong potensi pertumbuhan kinerja keuangan emiten-emiten yang terdapat di bursa.

Menurutnya, sepanjang tahun ini sebagian besar emiten masih bisa mencatatkan pendapatan dan laba bersih positif walau kondisi pasar kurang menguntungkan. “Karena tekanan pasar mulai berkurang, harusnya kinerja emiten semakin membaik sehingga menguntungkan bagi investor saham,” jelasnya, hari ini (13/12).

Dia menambahkan, keberadaan pilpres memang berpotensi membuat sebagian investor akan cenderung wait and see. Namun, efek agenda politik ini dinilai tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja produk-produk berbasis saham.

Pasalnya, para pelaku pasar sudah dari jauh-jauh hari mengetahui calon-calon pemimpin Indonesia beserta programnya. Selain itu, baik pileg dan pilpres tahun ini digelar serentak sehingga lebih efisien dari segi waktu. Alhasil, selepas pemilu investor sudah lebih tenang untuk masuk ke pasar saham.

Setali tiga uang, Direktur Utama Sucorinvest Asset Management, Jemmy Paul Wawointana menilai, instrumen saham dapat menjadi pilihan yang tepat bagi investor di tahun depan mengingat valuasinya sudah cukup murah.

Akhir tahun ini dan kuartal pertama tahun depan disebut sebagai waktu yang tepat untuk masuk ke pasar saham. Sebab, indeks kerap mengalami rally sepanjang periode tersebut. “Ini mengindikasikan pasar saham Indonesia tidak terganggu oleh agenda politik,” imbuhnya.

Di luar saham, Jemmy memandang instrumen berbasis obligasi juga bisa menjadi pilihan bagi para investor di tahun depan. Sebab, intensitas kenaikan suku bunga acuan diprediksi akan berkurang. Dengan begitu, harga surat utang negara (SUN) kembali terangkat.

“Semester kedua bisa menjadi waktu yang tepat untuk masuk ke pasar obligasi karena tekanan suku bunga sudah berkurang,” kata dia.

Jemmy juga merekomendasikan surat berharga negara (SBN) ritel bagi para investor di tahun depan. Ini didukung oleh potensi imbal hasil yang menarik ditambah frekuensi penerbitannya yang diprediksi lebih sering di 2019 nanti.

Rudiyanto menilai, instrumen berbasis obligasi seperti reksadana pendapatan tetap memiliki peluang kinerja yang positif di tahun depan sehingga bisa menjadi pilihan bagi investor. Instrumen ini pada dasarnya memiliki sentimen yang lebih minim ketimbang saham.

Selama nilai tukar rupiah stabil dan penurunan agresivitas kenaikan suku bunga acuan terealisasi, kinerja obligasi akan membaik. “Beda dengan saham yang bisa terpapar sentimen laporan keuangan emiten,” ujarnya memberi contoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×