kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menimbang Efek Resesi Amerika Serikat Terhadap Pasar Modal di Indonesia


Selasa, 21 Juni 2022 / 20:44 WIB
Menimbang Efek Resesi Amerika Serikat Terhadap Pasar Modal di Indonesia
ILUSTRASI. Pasar modal.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Amerika Serikat (AS) di ambang jurang resesi. Sejalan dengan hal itu, pasar modal Indonesia juga dinilai bisa ikut tertekan. 

Direktur Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus memaparkan dengan tingginya inflasi di AS yang mencapai 8,6% pada Mei 2022, ditambah naiknya suku bunga The Fed hingga 75 bps diprediksi akan menyebabkan capital outflow dan migrasi dana kepada aset yang lebih aman. 

"Bursa Indonesia diperkirakan akan kembali tertekan dan terkoreksi seiring dengan sinyal pelemahan rupiah. Apalagi utang pemerintah Indonesia juga mayoritas dalam bentuk mata uang asing," jelas Daniel kepada Kontan.co.id, Senin (21/6). 

Tekanan outflow dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga semakin diperberat di tengah Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan berlangsung pekan ini. Adapun BI disinyalir akan mengerek suku bunga acuan. 

Baca Juga: Hadapi Resesi AS, Pemerintah dan Pengusaha Diminta Cari Pasar Ekspor dan Impor Baru

Adapun asing mencatatkan beli bersih atau net sell sebesar Rp 434,81 miliar. Meski begitu, sepanjang tahun ini asing masih membukukan net buy Rp 67,94 triliun.

Senada, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menjelaskan ancaman resesi ini berkorelasi positif terhadap bursa saham Indonesia karena kekhawatiran akan menjalar terutama ke negara emerging market. 

Selanjutnya, lanjut Nico, bagaimana upaya pemerintah dan jajarannya untuk  memitigasi risiko tersebut agar pemulihan ekonomi di Indonesia dapat tetap berjalan. Jika pemerintah siap menghadapi resesi maka tekanan terhadap IHSG tidak besar. 

Pandangan lain disampaikan oleh Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana. Dia bilang saat korelasi pasar di Amerika tidak begitu kuat dengan di dalam negeri, apalagi saat ini Indonesia sedang dalam tren pemulihan. 

"Meski Amerika Serikat resesi ataupun koreksi, saat ini IHSG seharusnya masih bisa terus mencapai target ke 7.400 sampai 7.500," kata Wawan. 

Dia menilai ancaman justru datang dari sentimen dalam negeri, yakni soal kasus Covid-19 yang naik sehingga berpotensi adanya pemberlakuan PPKM secara ketat. Ditambah adanya potensi BI mengerek suku bunga, tapi sifatnya baru sementara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×