kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Menilik Kinerja Sejumlah Emiten yang Bakal Bagi Dividen di Bulan Oktober


Senin, 30 September 2024 / 21:21 WIB
Menilik Kinerja Sejumlah Emiten yang Bakal Bagi Dividen di Bulan Oktober
ILUSTRASI. Setidaknya ada lima emiten yang mengumumkan jadwal pembagian dividen interim dan tunai di bulan Oktober 2024.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan akan segera membagikan dividen tunai dan interim untuk tahun buku 2024. Setidaknya ada lima emiten yang mengumumkan jadwal pembagian dividen interim dan tunai di bulan Oktober 2024.

Pertama, PT United Tractors Tbk (UNTR) yang akan membayar dividen interim Rp 2,42 triliun dari buku tahun 2024. Total dividen interim yang dibagikan ini setara dengan 25,39% dari laba bersih United Tractors per Juni 2024 yang mencapai Rp 9,53 triliun.

Setiap pemegang saham akan mengantongi dividen Rp 667 per saham. Dengan harga saham UNTR yang ada di Rp 27.700 per saham pada Jumat (27/9), yield dividen United Tractors sebesar 2,41%

Cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi dijadwalkan tanggal 7 Oktober 2024. Cum dividen di pasar tunai tanggal 9 Oktober 2024. Lalu, pembayaran dividen interim akan dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2024.

Kedua, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang akan menebar dividen interim tahun buku 2024 sebesar Rp 161,67 miliar bagi pemegang saham. Pembayaran dividen ini setara dengan 32,27% dari laba bersih AALI per 30 Juni 2024 yang mencapai Rp 501,04 miliar.

Pemegang saham akan mengantongi dividen interim Rp 84 per saham dari AALI. Dengan harga saham AALI yang ada di Rp 6.700 per saham pada Jumat (27/9), yield dividen Astra Agro sebesar 1,25%.

Cum dividen di pasar reguler dan pasar negosiasi dijadwalkan tanggal 3 Oktober 2024. Cum dividen di pasar tunai tanggal 7 Oktober 2024. Lalu, pembayaran dividen interim akan dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2024

Baca Juga: Gandeng Manulife Aset (MAMI), Bank Mega Syariah Hadirkan 6 Produk Reksadana Syariah

Ketiga, PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) akan membagikan dividen sebesar sebesar US $ 38,99 juta dari buku tahun 2023. Dana pembagian dividen ini akan berasal dari laba bersih tahun buku per 31 Maret 2024.

Angka tersebut sebesar 70% dari laba bersih per 31 Maret 2024 yang mencapai US$ 55,71 juta. Sekadar informasi, tahun fiskal HEXA dimulai pada 1 April 2023 hingga 31 Maret 2023.  

Para pemegang saham akan mendapatkan dividen sebesar US$ 0,04643 per saham. Dividen tersebut akan dibayarkan pada tanggal 25 Oktober 2024.

Keempat, ada PT Betonjaya Manunggal Tbk (BTON) yang akan membayarkan dividen tunai dari laba bersih tahun buku 2023 senilai Rp 7,2 miliar. Ini setara dengan 41,07% dari laba bersih BTON

Para pemegang saham akan mendapatkan dividen tunai sebesar Rp 10 per saham. Dividen tersebut akan dibayarkan pada tanggal 10 Oktober 2024.

Kelima, PT Eastparc Hotel Tbk (EAST) yang akan bagi-bagi dividen interim II tahun buku 2024 sebesar Rp 1,25 per saham. Pembayaran dividen akan dilakukan pada tanggal 3 Oktober 2024.

Baca Juga: Warren Buffett: Bagaimana Cara Berinvestasi di Pasar Saham Bukan Seperti di Kasino

Equity Analyst PT Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty melihat, pembagian dividen interim ini untuk menarik minat para pelaku pasar serta meningkatkan pendapatan bagi emiten pengendalinya. 

“Misalnya, dividen UNTR dan AALI akan menyumbang pendapatan ke holder terbesar mereka, yaitu PT Astra International Tbk (ASII),” ujarnya kepada Kontan, Senin (30/9).

Jika melihat dari imbal hasil dividen (dividend yield) periode ini, HEXA sebesar 10,74%. Lalu, dividend yield UNTR 2,46%, BTON 2,23%, AALI 1,27%, dan EAST 1,26%. Alhasil, Arinda melihat imbal hasil dividen HEXA yang paling menarik. 

Namun, secara jangka panjang, UNTR dan AALI yang paling cocok untuk investasi jangka panjang jika menilik kinerja keuangan. Sebab, laba bersih UNTR per semester I 2024 tercatat bertumbuh 9,63% secara kuartalan dan AALI naik 17,31% secara kuartalan. 

Menurut Arinda, kinerja UNTR akan terpengaruh oleh pemangkasan suku bunga, sehingga permintaan penyewaan maupun penjualan alat berat akan meningkat. 

“Sedangkan, kinerja AALI akan terpengaruh oleh tren positif kenaikan harga minyak CPO. Hal ini terbukti dari harga CPO yang pada pekan lalu naik 5%,” tuturnya.

Baca Juga: Hingga Agustus 2024, BUMN Menyetor Dividen ke Negara Senilai Rp 70 Triliun

Arinda pun menargetkan beli dalam jangka panjang untuk UNTR dan AALI dengan target harga masing-masing Rp 29.750 per saham dan Rp 6.925 per saham.

Customer Literation and Education PT Kiwoom Sekuritas Indonesia, Vinko Satrio Pekerti melihat, pembagian dividen interim dari para emiten tersebut dapat dilihat sebagai indikasi yang positif, karena manajemen perusahaan mengirimkan sinyal optimisme terkait kinerja keuangan mereka. 

Pembagian dividen interim oleh UNTR dan HEXA dapat mencerminkan prospek kinerja yang solid di sektor pertambangan yang sedang mengalami tren kenaikan harga komoditas batubara. 

Begitu juga dengan AALI yang mendapatkan sentimen positif dari kenaikan harga CPO yang diperkirakan akan tetap bullish hingga akhir 2024 ini. 

Baca Juga: Setoran Dividen BUMN Hingga Agustus 2024 Capai Rp 70,29 Triliun

Meskipun laba bersih EAST hingga kuartal kedua tahun ini menunjukkan penurunan 9,44% secara tahunan alias year on year (YoY), namun aksi korporasi dividen interim dari perseroan dapat ditangkap sebagai sinyal optimisme manajemen yang menargetkan pencapaian pendapatan yang lebih besar. Yaitu, sebesar 4%-13% di tahun 2024 dibandingkan pendapatan tahun 2023 lalu. 

“Dividen interim ini juga mencerminkan optimisme pihak manajemen terkait prospek kinerja pendapatan perusahaan ke depannya,” ujarnya kepada Kontan, Senin (30/9).

Menurut Vinko, HEXA yang akan membagikan dividen tunai sekitar Rp 705,04 per saham merupakan pilihan yang menarik. Sebab, HEXA menawarkan dividend yield yang setara dengan 10,76%, dengan asumsi konversi kurs Rp 15.186 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Selain HEXA, UNTR juga memiliki dividend yield yang menarik, yaitu sekitar 2,44% dengan asumsi para investor membelinya di harga pasar hari ini. 

Baca Juga: Tinggalkan Indonesia, Asing Mengejar Cuan, Berlayar Menuju China

Berbeda dengan HEXA, UNTR memiliki tradisi untuk membagikan dividen sebanyak dua kali dalam satu periode tahun buku. Sebagai referensi, UNTR memberikan total dividend yield yang berkisar di angka 8,29% dengan asumsi pembelian harga pasar hari ini. 

“Namun, kami mengharapkan investor untuk mewaspadai penurunan harga saham yang cukup signifikan dari kedua emiten tersebut setelah tanggal cum dividen,” paparnya.

Jika dilihat dari kinerja secara umum, UNTR dan HEXA yang bergantung pada industri pertambangan akan mendapat angin segar dari sentimen positif tren kenaikan harga komoditas batubara dan nikel. 

Keduanya akan diuntungkan apabila sentimen kenaikan harga komoditas berdampak pada kenaikan penjualan alat berat untuk aktivitas pertambangan. 

Baca Juga: Ada Gelontoran Stimulus dari China, Bagaimana Efek ke Pasar Saham Indonesia?

Namun, UNTR juga memiliki portofolio pendapatan dari aktivitas kontrak pertambangan batubara dari anak usahanya, PT Pamapersada Nusantara. 

“Sehingga, berpotensi mendapatkan booster income yang lebih besar apabila tren kenaikan harga batubara dunia bisa terus berlanjut hingga tahun depan,” ujarnya.

Di sisi lain, AALI harus mendapatkan tantangan dari risiko cuaca yang tidak bersahabat akibat fenomena La Nina yang bisa mengancam produktivitas kebun sawit mereka. Sentimen positif kenaikan harga CPO dapat dinetralisir oleh risiko tersebut apabila manajemen AALI tidak memiliki mitigasi risiko agar dapat menjaga volume produksi tetap tinggi atau bahkan meningkat.

Selain itu, EAST juga bisa mendapatkan stimulus positif di kuartal IV tahun ini yang didorong dari peningkatan aktivitas pariwisata dan acara perayaan akhir tahun. 

“Namun, faktor daya beli masyarakat kelas menengah dan kebijakan Kemenparekraf yang belum dapat menurunkan harga tiket pesawat domestik secara signifikan dapat menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen EAST,” paparnya.

Baca Juga: Ini 10 Aset yang Bisa Buat Anda Kaya dan Tidak Perlu Bekerja Lagi

Vinko mengatakan, UNTR memiliki rentang harga beli terdekat di Rp 26.250 - Rp 26.750 per saham dengan rentang target harga di level Rp 28.575 - Rp 28.925 per saham.

“Artinya, ini masih terdapat gap dari harga di bulan April-Mei 2024 lalu yang dapat berpotensi akan ditutup dalam waktu dekat,” katanya.

Untuk HEXA, Vinko masih menyarankan wait and see terlebih dahulu. Sebab, HEXA berpotensi untuk melanjutkan penurunan harga saham harian berdasarkan indikator Parabolic SAR. 

Target penurunan harga saham HEXA dilihat akan berada di kisaran Rp 6.300 - Rp 6.375 per saham berdasarkan garis support dalam time frame harian terdekat dan level Fibonacci dalam time frame bulanan. 

“Apabila level harga Rp 6.300 per saham dapat ditembus, maka berpotensi untuk melanjutkan penurunan dan menguji titik Rp 6.000 per saham sebagai titik gap terdekat yang terbentuk pada periode Oktober 2024 lalu,” tuturnya

Baca Juga: Tinggal Menghitung Hari, Catat Jadwal Pembayaran Dividen UNTR dan AALI

Sementara, pergerakan saham AALI memiliki pola yang sama dengan HEXA berdasarkan indikator Parabolic SAR. Sehingga, Vinko menyarankan wait and see terlebih dahulu dengan target beli terdekat di level support Rp 6.450-Rp 6.525 per saham dan target harga di kisaran level resistance Rp 6.960 - Rp 7.100 per saham. 

“Untuk EAST, kami melihat emiten ini dapat trading buy dalam rentang harga Rp 116-Rp 127 per saham,” paparnya.

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengingatkan, investor harus memperhatikan pergerakan harga saham para emiten yang melakukan pembagian dividen. 

“Saat sudah masuk periode tanggal pembayaran, harga saham emiten bisa mengalami koreksi, karena para investor akan melakukan aksi profit taking,” ujarnya kepada Kontan, Senin (30/9).

Nafan melihat, ada beberapa sentimen pendorong kinerja untuk para emiten di sisa tahun 2024. Pertama, konsumsi domestik yang masih kuat, sehingga akan memengaruhi permintaan akan produk CPO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×