kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Menilik ekspansi bisnis Grup Salim


Kamis, 10 Agustus 2017 / 08:10 WIB
Menilik ekspansi bisnis Grup Salim


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Grup Salim cenderung konservatif dalam menggelar ekspansi di paruh pertama tahun ini. Hal ini tercermin dari serapan belanja modal atau capital expenditure (capex) yang belum besar. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) misalnya, baru menyerap capex Rp 2,1 triliun, atau 23% dari total anggaran capex 2017 yang mencapai Rp 9,1 triliun.

Werianty Setiawan, Direktur INDF, memperkirakan, capex INDF hanya akan terserap 60% hingga 70% sampai akhir tahun. Lalu, emiten perkebunan kelapa sawit PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) juga baru menggunakan seperempat dari total capex 2017 sebesar Rp 600 miliar. Meski demikian, pada paruh kedua tahun ini, Grup Salim masih punya sejumlah agenda ekspansi.

Werianty mengatakan, saat ini INDF berencana menambah kapasitas produk susu, mi instan dan es krim. Tak hanya itu, INDF juga akan menambah kapasitas pabrik pengemasan (packaging). Sehingga, dana belanja modal akan lebih banyak terserap di sisa tahun ini.

Tak ketinggalan, PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) berencana membangun pabrik kelapa sawit baru di Kalimantan Tengah. Direktur SIMP Johnny Ponto mengatakan, pabrik ini memiliki kapasitas produksi 40 ton hingga 45 ton per jam. Sayangnya, Johnny tak membeberkan nilai investasi yang dibutuhkan untuk pabrik tersebut.

SIMP juga mulai membangun pabrik pengolahan cokelat untuk anak usaha hasil kerjasama sama dengan Daito Cacao Co Ltd. Nantinya, hasil produksi dari pabrik tersebut akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri makanan domestik.

Pabrik ini diharapkan bisa beroperasi secara komersial pada 2019 mendatang. SIMP merogoh dana investasi hingga US$ 60 juta untuk ekspansi pabrik tersebut.

Di sisi lain, LSIP akan lebih fokus mengembangkan lahan yang belum ditanami. "Pertumbuhan kami tahun ini masih bersifat organik," kata Benny Tjoeng, Presiden Direktur LSIP. Saat ini, perusahaan memiliki landbank yang masih belum dikembangkan seluas 10.000 hektare.

Masih tumbuh

Werianty mengatakan, pendapatan INDF terlihat melambat, karena hari produksi yang berkurang lantaran libur panjang lebaran. Ia yakin, pada semester kedua pendapatan perusahaan akan lebih tinggi.

Sementara itu, Analis Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido mengatakan, prospek sektor perkebunan Grup Salim masih menarik dan akan ikut tumbuh, mengikuti sektor tambang dan keuangan yang sebelumnya sudah bangkit.

Kevin merekomendasikan buy LSIP dengan target Rp 1.700. Lalu, Reza Priyambada, Analis Binaartha Parama Sekuritas, merekomendasikan buy SIMP dengan target harga Rp 850 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×