Reporter: Raka Mahesa W, KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Asas cabotage untuk jasa penunjang kegiatan pengeboran minyak dan gas di Indonesia berlaku 7 Mei 2011. Asas cabotage mewajibkan penggunaan kapal berbendera Indonesia untuk melayani pelayaran di perairan Indonesia. Jadi, pemberlakuan asas cabotage berarti akhir kiprah kapal berbendera asing di perairan Indonesia.
Memang, ada pengecualian untuk jenis kapal asing penunjang kegiatan eksplorasi migas. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta Badan Pengelola Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi meminta pengecualian asas cabotage untuk kapal penunjang kegiatan eksplorasi tipe c. Alasannya, belum ada perusahaan pelayaran nasional yang mampu menyediakan kapal jenis tersebut.
Pemberlakukan asas cabotage ini akan mempengaruhi kinerja emiten yang bergerak di bidang pelayaran penunjang eksplorasi migas seperti
PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS). “Asas tersebut akan menguntungkan WINS, karena WINS kehilangan pesaing dari luar negeri,” kata Sonny John, Ciptadana Securities, Kamis (31/3).
Tambah kapal
Kini, WINS mengoperasikan kapal penunjang eksplorasi minyak tipe a dan b. Jadi, pengecualian terhadap kapal tipe C menurut Sonny dan Willinoy Sitorus, Analis OSK Securities BHD, tidak berdampak buruk terhadap kinerja WINS.
Menurut Sonny, tidak mudah untuk menakar seberapa besar pengaruh asas cabotage terhadap kinerja WINS. Yang jelas, menurutnya, pemberlakuan asas tersebut akan meninggalkan market share yang besar bagi perusahaan pelayaran penunjang migas asal Indonesia. Menurut Kementerian ESDM, jumlah kapal asing penunjang ekplorasi migas di Indonesia sebanyak 133 kapal di tahun 2011. Sedangkan kapal yang menggunakan bendera Indonesia tahun ini sekitar 588 kapal.
Sonny melihat, asas cabotage akan menjadi faktor pendukung langkah ekspansi WINS. Misalnya, dalam penambahan kapal di tahun 2011.
Manajemen WINS berencana menambah jumlah kapal tipe b sebanyak 11 unit sepanjang tahun 2011. “Penambahan kapal tersebut akan terserap oleh permintaan. Apalagi, pemerintah mengejar target lifting minyak dengan menawarkan blok-blok baru,” kata Sonny.
WINS mencatatkan pendapatan senilai Rp 668,53 miliar di 2010, meningkat 69,52% dari pemasukan di 2009 yang sebesar Rp 394,23 miliar. Sedang laba bersih selama 2010 adalah Rp 105,06 miliar, meningkat 105,07% daripada laba bersih untuk 2009 yang sebesar Rp 51,23 miliar.
Sonny memperkirakan, pendapatan WINS tahun ini naik 27,59% mencapai Rp 853 miliar. Sedang laba bersih ia proyeksikan naik 29,44% menjadi Rp 136 miliar.
Willinoy memproyeksikan pendapatan WINS tahun 2011 sebesar 29,24% menjadi Rp 864 miliar. Lalu, proyeksi laba bersih WINS versi Willinoy di 2011 adalah Rp 142 miliar atau meningkat 35,16%.
Willinoy dan Sonny merekomendasikan beli untuk WINS, masing-masing dengan target harga Rp 480 per saham dan Rp 500 per saham. Surabhi Chopra, Analis Bahana Securities juga menyarankan beli WINS dengan target harga Rp 520 per saham. Harga WINS, pada hari Kamis (31/3) kemarin, menguat 5,48% menjadi Rp 385 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News