kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengukur Daya Tahan Bursa Saham di tengah Sentimen Global dan Kebijakan Suku Bunga


Selasa, 26 Juli 2022 / 07:00 WIB
Mengukur Daya Tahan Bursa Saham di tengah Sentimen Global dan Kebijakan Suku Bunga


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve akan menggelar Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting untuk membahas kebijakan suku bunga di Amerika Serikat (AS) tengah pekan ini. The Fed sudah beberapa kali mengerek suku bunga di paruh pertama tahun ini seiring tekanan inflasi di negeri Paman Sam.

Dalam pertemuan yang akan berlangsung pada 26 Juli sampai 27 Juli 2022 itu, The Fed diprediksi akan kembali mendongkrak suku bunganya. Sedangkan di dalam negeri, sejauh ini Bank Indonesia (BI) masih cukup percaya diri untuk menahan tingkat suku bunga di level 3,5%. 

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya membeberkan, Bank Sentral AS itu berpotensi besar menaikkan Fed Fund Rate (FFR) setidaknya 75 basis poin (bps). Spekulasi lain memperkirakan kenaikan hingga 100 bps guna meredam inflasi tinggi akibat kenaikan harga komoditas yang masih berlanjut.

Baca Juga: IHSG Rawan Koreksi pada Perdagangan Selasa (26/7)

Imbas dari kebijakan tersebut, IHSG berpotensi terkoreksi yang diikuti aliran keluar dana asing akibat semakin sempitnya selisih suku bunga BI dan AS. Tak hanya itu, IHSG juga rawan koreksi pekan ini lantaran aksi profit taking yang berpeluang dilakukan pelaku pasar mengingat penguatan pada pekan lalu.

"IHSG sudah menguat secara signifikan, pekan lalu bahkan lebih dari 3% dan kenaikan mingguan ini lebih tinggi daripada bursa saham Asia sejenisnya," kata Cheryl kepada Kontan.co.id, Senin (25/7).

Jika terjadi penurunan, dalam jangka pendek level support IHSG berada di area 6.700. Namun, Cheryl memperkirakan BI akan mengikuti langkah The Fed untuk menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di bulan Agustus, meski kenaikannya tidak akan agresif.

Baca Juga: Wall Street Dibuka Lebih Tinggi Awal Pekan Ini

Berbagai indikator makro ekonomi, pengendalian pandemi, tingkat inflasi yang relatif terjaga, dukungan pemerintah terhadap dunia usaha, serta ekspor komoditas membuat pasar Indonesia masih cukup kokoh. Menimbang hal itu, Cheryl optimistis hingga akhir tahun IHSG akan ditutup di atas level 7.000, dengan proyeksi moderat pada 7.300.

Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengemukakan simulasi jika BI tidak menaikkan suku bunga. Dampaknya, selisih yield dengan AS dan global semakin besar, sehingga rawan terjadi gelombang outflow.

Merujuk pada transaksi di perdagangan hari ini, Pandhu melihat pasar cenderung berhati-hati menjelang keputusan suku bunga The Fed tengah pekan ini. Estimasinya, The Fed akan kembali menaikkan suku bunga 75 bps menjadi 2.5%.

Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Menopang Pasar Saham, Ini Saham-Saham yang Bisa Dicermati

Hal ini dikhawatirkan akan kembali memicu gelombang capital outflow seperti yang terjadi sejak dua bulan terakhir. Namun di sisi lain, ada sentimen dari kinerja emiten yang ditaksir bisa membaik di semester pertama 2022.

"Setiap diumumkan kenaikan suku bunga langsung diikuti dengan capital outflow dan juga pelemahan nilai kurs rupiah. Katalis positif yang bisa diharapkan adalah rilis laporan keuangan kuartal kedua yang rata-rata masih membukukan hasil positif," ujar Pandhu.

Sehingga jika dalam jangka pendek tertekan oleh capital outflow dan terjadi pelemahan, maka terbuka peluang untuk koleksi dengan strategi buy on weakness. Apabila tekanan jual kembali meningkat, Pandhu menaksir IHSG akan kembali ke level support trendline di area 6.600 - 6.700.

"Secara fundamental masih tergolong solid, bisa dilihat dari kinerja kuartal pertama yang kuat dan memiliki bekal harga komoditas masih tinggi, dimana banyak emiten kita memiliki usaha di bidang komoditas," imbuh Pandhu.

Baca Juga: IHSG Masih Rawan Koreksi pada Selasa (26/7), Saham-saham Ini Bisa Dilirik

Hal senada juga disampaikan oleh Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim. Jika dibandingkan dengan bursa kawasan Asia lainnya seperti Nikkei, Kospi dan Hangseng kinerja IHSG secara year to date masih solid dengan tingkat kenaikan yang masih 4,21%. Dalam seminggu terakhir, IHSG juga masih bisa naik 2,99%.

Adapun, kebijakan BI tetap menahan tingkat suku bunga mempertimbangkan proyeksi current account yang masih akan surplus lebih besar pada kuartal kedua. Dengan asumsi fundamental ekonomi Indonesia masih bisa terjaga, maka IHSG masih punya daya tahan, sekalipun BI masih tetap menahan tingkat suku bunganya.

"IHSG telah dua kali menyentuh level support 6.600 dan kembali menjauh dari level support itu, sehingga masih akan berpeluang tertahan di support-nya kembali jika terjadi koreksi terbatas," pungkas Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×