Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah di awal tahun 2023 akan diwarnai sejumlah sentimen luar negeri dan dalam negeri.
Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, sentimen positif berasal dari penghapusan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada Jumat pekan lalu.
Namun, investor juga akan wait and see, menantikan beberapa data ekonomi dan acara penting. Mulai dari data ISM Manufaktur dan Service Amerika Serikat (AS) risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), data non-farm payroll (NFP) AS, dan rilis data inflasi Indonesia.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi melihat, pasar juga akan memantau perkembangan Covid-19 di China yang meningkat pesat belakangan ini. Apalagi, World Health Organization (WHO) meminta pemerintah China lebih transparan terkait jumlah masyarakat yang terkena Covid-19.
Baca Juga: Simak Prediksi Pergerakan Rupiah Tahun 2023 dan Sentimen Penggeraknya
Sentimen negatif juga datang dari konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas. “Hal ini menandakan bahwa perang geopolitik kedua negara ini akan tetap berlanjut di awal 2023,” ucap Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (1/1).
Selain itu, bank sentral AS The Fed diprediksi akan melanjutkan kenaikan suku bunganya pada kuartal I dan kuartal II 2023. Kebijakan The Fed tersebut berpotensi menguatkan indeks dolar AS lebih lanjut.
Oleh sebab itu, Ibrahim memprediksi, kurs rupiah akan cenderung melemah dengan kisaran pergerakan di Rp 15.540-Rp 15.630 per dolar AS pada Senin (2/1). Sementara Lukman memperkirakan rupiah bakal menguat dalam rentang Rp 15.500-Rp 15.600 berkat sentimen positif dari pencabutan PPKM.
Sebagai informasi, berdasarkan Bloomberg, nilai tukar rupiah menguat 0,54% ke level Rp 15.572 per dolar AS pada perdagangan Jumat (30/12). Sementara berdasarkan JISDOR BI, rupiah berada di level Rp 15.592 per dolar AS.
Baca Juga: Begini Prediksi Rupiah di Awal Tahun 2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News