Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
Wawan memproyeksikan di tahun depan surat utang pemerintah bisa memberikan retun 5%-6%. Reksadana berbasis obligasi juga bisa tertolong kinerjanya dari kupon yang ditawarkan.
Sementara, Ari memproyeksikan hingga akhir tahun 2019 ada tiga faktor utama yang menjadi pertimbangannya dalam mengelola strategi reksadana ini, yaitu valuasi, fundamental dan teknikal.
Secara valuasi pada saat ini imbal hasil obligasi Indonesia berada pada valuasi yang menarik baik dibandingkan secara historical dan negara-negara lain.
Selanjutnya, dari sisi fundamental, Ari memproyeksikan ekonomi Indonesia akan terus mengalami perbaikan dan lebih stabil dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.
Walaupun, ada potensi tertekan karena penyesuaian harga BBM di tahun depan. Ari masih melihat inflasi di Indonesia akan cenderung terkendali di 4%.
Selain itu, adanya Pemilu serentak di tahun depan akan memberikan tambahan terhadap pertumbuhan ekonomi sebanyak 0,2%. Wacana penghapusan pajak obligasi juga akan memberikan tambahan sentimen positif pada investasi di pasar obligasi Indonesia ke depannya.
Oleh karena itu, reksadana ini diharapkan reksadana ini bisa memberikan kinerja optimal di tahun depan guna memberikan tujuan investasi dalam jangka menengah.
Reksadana yang meluncur sejak April 2017 ini per November memiliki jumlah dana kelolaan sebesar Rp 593,93 miliar. Jumlah dana kelolaan tersebut terhitung cukup besar.
Menurut Wawan dengan memiliki instrumen investasi mayoritas di SBSN, maka bisa membantu institusi keuangan non bank untuk memenuhi kewajibannya berinvestasi di surat utang pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News