kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengintip Peluang Investasi dari Instrumen Securities Crowdfunding


Selasa, 05 April 2022 / 12:37 WIB
Mengintip Peluang Investasi dari Instrumen Securities Crowdfunding


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jika bicara soal investasi saham, pasti yang terlintas adalah berinvestasi membeli saham di bursa saham. Padahal, selain di bursa saham, investor juga bisa membeli dan memiliki saham sebuah perusahaan lewat securities crowdfunding (SCF).

SCF merupakan metode pengumpulan dana dengan skema patungan yang dilakukan oleh pemilik bisnis atau usaha untuk memulai atau mengembangkan bisnisnya. Nantinya investor bisa membeli dan mendapatkan kepemilikan melalui saham, surat bukti kepemilikan utang (obligasi), atau surat tanda kepemilikan bersama (sukuk). 

CEO PT Investasi Digital Nusantara alias Bizhare, Heinrich Vincent menjelaskan, sebenarnya secara ekosistem, SCF punya kemiripan dengan yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pasalnya, efek yang diterbitkan juga dititipkan secara kolektif di Bank Kustodian dan KSEI. 

Namun, salah satu perbedaan berinvestasi di SCF dengan berinvestasi di bursa saham adalah orientasi investasinya. 

“Di Securities Crowdfunding pada dasarnya lebih berorientasi pada dividend investing atau imbal hasil (cashflow) dari bisnis di sektor riil. Kalau di saham di BEI kan berorientasi keuntungan capital gain saat saham tersebut dijual ke investor lain,” jelas Heinrich ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (5/4).

Baca Juga: Ini perbedaan equity crowdfunding dan security crowdfunding

Namun, Heinrich bilang, investor SCF masih tetap bisa mendapatkan keuntungan capital gain ketika menjual saham yang dimilikinya di pasar sekunder masing-masing platform SCF. Hanya saja, likuiditas pasar sekunder SCF belum sebaik di BEI. 

Ia menambahkan, kelebihan lain dari berinvestasi di SCF adalah investor bisa terlibat langsung dan memberikan masukan ke bisnisnya. 
Contohnya, investor yang telah berinvestasi di restoran Kopi Oey, minimarket Alfamart/Alfamidi yang ada di Bizhare, dapat mengunjungi outletnya dari waktu ke waktu dan memberi masukan bagi pengelola outletnya. Bizhare sendiri menyediakan tim investor relation yang akan menjembatani investor dengan bisnisnya. 

Selain itu, dia juga menyebut bahwa investor dapat ikut mengajak saudara dan rekan mereka untuk berbelanja produk dari bisnis mereka. Dengan demikian, bisa meningkatkan omset dari bisnis mereka tersebut secara signifikan. 

“Sehingga dapat berdampak secara langsung untuk perkembangan bisnis UKM di Indonesia dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan,” imbuhnya.

Menyambut tahun 2022, Heinrich lebih optimistis terhadap prospek industri SCF seiring dengan pemulihan ekonomi yang terjadi. Menurutnya, hal tersebut bahkan sudah terasa seiring dengan terus meningkatnya omset penerbit yang telah bergabung dengan Bizhare. 

Dia mengatakan, sejauh ini penerbit di Bizhare sudah menghasilkan omset sebesar Rp 141 miliar per Maret 2022. Para penerbit juga sudah membagikan dividen hingga lebih dari Rp 9 miliar dengan return yang sangat baik, hingga yang tertinggi mencapai 58% per tahun. 

Heinrich yakin bahwa potensi investasi yang tersalurkan ke depannya akan terus meningkat, seiring dengan pulihnya ekonomi seiring dengan menurunnya kasus harian Covid-19 di Indonesia. 

Alhasil, pada akhirnya hal tersebut dapat lebih meningkatkan kepercayaan publik terhadap sektor riil melalui investasi bisnis di Bizhare, baik dari sisi investor maupun jumlah penerbit saham maupun EBUS. 

Baca Juga: Yuk Intip Perluasan Layanan Urun Dana, Kenali Pula Peluang dan Risikonya

Guna menangkap peluang tersebut, ia bilang pihaknya akan terus berinovasi dalam hal business process dan teknologi yang diciptakan. Selain itu, Bizhare juga akan terus memperluas edukasi pada masyarakat, serta mendukung bisnis UMKM melalui SCF baik yang sudah diinvestasikan, maupun yang sedang proses untuk listing melalui Bizhare.

Tak hanya itu, Heinrich juga memastikan bahwa Bizhare pada tahun ini juga berencana untuk meluncurkan Unit Layanan Urun Dana Syariah (ULUDS). Saat ini, prosesnya sudah mencapai persiapan finalisasi di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

“Kami juga sedang dalam proses untuk finalisasi pendanan lanjutan Pra-Series A, dengan berbagai investor strategis yang tertarik untuk bergabung di putaran pendanaan Bizhare kali ini,” tutupnya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×