kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meneropong saham perbankan usai inflasi Juli


Jumat, 02 Agustus 2013 / 15:18 WIB
Meneropong saham perbankan usai inflasi Juli
ILUSTRASI. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tidak percaya konflik di Ukraina akan berubah menjadi perang nuklir. REUTERS/Beawiharta.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis laju inflasi Juli 2013 yang mencapai 3,29% dan inflasi tahunan (year on year) tercatat 8,61% dan inflasi tahun kalender 6,75%.  Kondisi ini dikhawatirkan mempengaruhi kinerja saham perbankan.

Supriyadi, analis perbankan dari OSO Securities menilai, inflasi yang melebihi ekspektasi dikhawatirkan mendorong perbankan menaikkan suku bunga deposito dan kredit. Jika suku bunga naik, maka akan mempengaruhi kinerja atau margin perbankan.

Supriyadi bilang, peluang menipisnya net margin perbankan tentu mengakibatkan berkurangnya laba. Dengan begitu, kinerja saham sektor perbankan akan terpengaruh akibat inflasi. Dalam kondisi saat ini, Surpiyadi menyarankan investor wait and see saham sektor perbankan.

Sebab, implikasi kenaikan inflasi terhadap saham perbankan tak bisa langsung terasa, sebab terpotong dengan libur Lebaran selama sepekan. Selain itu, investor patut memperhatikan langkah Bank Indonesia (BI) yang kemungkinan akan menaikkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate.

Karena itu, saham perbankan patut diperhatikan setidaknya satu bulan setelah ditetapkannya BI rate. Meski saat ini harga saham perbankan telah terdiskon, namun Surpiyadi mengingatkan agar investor melakukan wait and see dan selektif dalam memilih saham perbankan.

"Untuk jangka pendek, harus dilihat implikasinya seperti apa. Jadi asumsinya adalah, investor tunggu koreksi atau ada penurunan di sektor perbankan sampai kemudian muncul ketetapan Bank Indonesia terkait BI rate. Jika BI rate sudah diumumkan, jangan langsung masuk karena biasanya masih konsolidasi," ujar Supriyadi.

Untuk jangka menengah dan panjang, Surpriyadi mengajurkan  sektor perbankan masih profitability untuk dijadikan salah satu portfolio investasi.

Pendapat yang sama diamini oleh Prasetyantoko, pengamat perbankan dari Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko. Menurutnya, meski prospek saham perbankan turun tahun 2013 ini, namun saham perbankan lebih baik jika dibandingkan dengan saham sektor tambang. "Saham perbankan masih pantas dijadikan portfolio investasi," ujar Prasetyantoko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×