kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.470.000   6.000   0,24%
  • USD/IDR 16.705   0,00   0,00%
  • IDX 8.677   -9,12   -0,11%
  • KOMPAS100 1.190   -4,09   -0,34%
  • LQ45 853   -1,76   -0,21%
  • ISSI 310   0,09   0,03%
  • IDX30 438   -0,40   -0,09%
  • IDXHIDIV20 507   1,46   0,29%
  • IDX80 133   -0,28   -0,21%
  • IDXV30 138   -0,11   -0,08%
  • IDXQ30 139   0,30   0,22%

Meneropong Prospek Kinerja Emiten MIND ID pada 2026, Bagaimana Rekomendasinya?


Kamis, 18 Desember 2025 / 05:00 WIB
Meneropong Prospek Kinerja Emiten MIND ID pada 2026, Bagaimana Rekomendasinya?
ILUSTRASI. Suasana di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta (KONTAN/Cheppy A. Muchlis) Rospek kinerja emiten-emiten Holding BUMN Pertambangan MIND diperkirakan bakal bervariasi pada 2026 mendatang.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek kinerja emiten-emiten Holding BUMN Pertambangan MIND diperkirakan bakal bervariasi pada 2026 mendatang. Emiten-emiten tersebut juga diyakini tetap agresif melakukan ekspansi bisnis.

Salah satu emiten MIND ID, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) percaya diri terhadap potensi kinerja pada 2026 meski tetap berhati-hati dengan tantangan yang ada di pasar.

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko ANTM Arianto Sabtonugroho Rudjito mengatakan, permintaan pasar terhadap produk logam mulia Antam diperkirakan akan tetap kuat pada tahun depan. Maka itu, fokus utama ANTM adalah memperkuat pasokan emas di pasar domestik.

“Target volume penjualan emas untuk 2026 relatif sejalan dengan capaian tahun sebelumnya,” ujar dia dalam konferensi pers RUPSLB ANTM, Senin (15/12).

Dalam berita sebelumnya, volume penjualan emas ANTM tumbuh 20% year on year (yoy) menjadi 34.164 kilogram (kg) atau 1,09 juta ons troi per kuartal III-2025.

Baca Juga: Hadapi Tantangan Daya Beli, Begini Prospek Kinerja Sido Muncul (SIDO)

ANTM sendiri tengah menjajaki peluang untuk mengakuisisi perusahaan tambang emas baru guna menjaga pasokan bahan baku logam mulia. Upaya ini dapat dilakukan melalui dua skema yakni penugasan pemerintah atau membeli saham minoritas di perusahaan patungan atau joint venture (JV) agar dapat dikonsolidasikan.

Manajemen ANTM bahkan sudah melirik beberapa lokasi di luar negeri seperti Timur Tengah, Kazakhstan, dan negara lainnya terkait peluang akuisisi tambang emas. Hanya saja, belum ada progres lebih lanjut rencana tersebut, termasuk kebutuhan pendanaannya.

Tak hanya itu, ANTM juga terus menjalin koordinasi intens dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) yang memasok bahan baku emas ke emiten tersebut. Saat ini, PTFI masih menghadapi gangguan produksi seiring insiden di Tambang Grasberg.

Sementara itu, P.H. Corporate Secretary Division Head PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Eko Prayitno mengatakan, pihaknya mengakui adanya potensi penurunan permintaan batubara di pasar global pada 2026. Namun, PTBA tetap optimistis dengan mengandalkan pilar pasar domestik melalui pemenuhan Domestic Market Obligation (DMO) dan optimalisasi ekspor ke negara-negara yang masih memiliki permintaan stabil.

Manajemen PTBA masih melakukan finalisasi terkait target produksi dan penjualan batubara pada 2026 bersama induk Holding MIND ID. “Tentunya kami akan terus melakukan efisiensi berkelanjutan di seluruh lini operasi dan memperkuat keandalan sarana angkutan batubara guna menjaga profitabilitas,” ungkap dia, Rabu (17/12).

Dia juga menyebut, fokus ekspansi PTBA pada tahun depan diarahkan ke hilirisasi industri batubara serta peningkatan kapasitas angkutan batubara.

Secara terpisah, Analis BRI Danareksa Sekuritas Abida Massi Armand mengatakan, prospek kinerja emiten-emiten tambang MIND ID secara umum diproyeksikan akan divergen lantaran didorong oleh pergeseran fokus menuju eksekusi proyek hilirisasi dan peran komoditas sebagai aset safe haven.

Emiten seperti PTBA dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) masih rawan tertekan oleh harga komoditas utama yakni batubara dan nikel, sehingga kinerja kedua emiten ini sangat bergantung pada efisiensi dan eksekusi proyek hilirisasi.

Di sisi lain, ANTM diprediksi akan terus menikmati efek positif lonjakan harga emas yang menjadi jangkar pendapatan. Namun, TINS masih rawan terhadap tantangan tambang ilegal yang menggerus pangsa pasar timah legal.

Abida juga menyebut, tren ekspansi di kalangan emiten MIND ID bakal tetap agresif pada 2026 dengan fokus pada agenda hilirisasi tambang sesuai arahan pemerintah.

“Kebutuhan capital expenditure (capex) berpeluang besar untuk naik, terutama untuk INCO dan ANTM, guna memenuhi target penyelesaian proyek-proyek strategis,” kata dia, Rabu (17/12).

Tantangan ekspansi yang dihadapi emiten MIND ID bersifat non-finansial, seperti kompleksitas eksekusi operasional di wilayah yang sulit, adanya kebutuhan untuk menjaga konsistensi kebijakan pemerintah, serta mitigasi risiko atau tata kelola di tingkat lokal.

Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) Muhammad Wafi menilai, emiten-emiten MIND ID sebenarnya tetap memiliki prospek yang menjanjikan di mata investor. ANTM dipandang jadi emiten MIND ID paling solid secara fundamental berkat keunggulan di sektor emas dan diversifikasi di mineral lain seperti nikel dan bauksit.

PTBA memiliki potensi pertumbuhan yang relatif terbatas, namun emiten ini masih kuat dari sisi arus kas dan kemampuannya untuk royal membagikan dividen. INCO memiliki peluang jangka panjang berkat hilirisasi baterai kendaraan listrik, meski dalam jangka pendek kinerjanya rawan terdampak oleh volatilitas harga nikel.

TINS juga sedang menjalani proses pemulihan kinerja secara bertahap di tengah tantangan penambangan ilegal dan perizinan.

“Kunci keberhasilan kinerja ada pada kontrol biaya, stabilitas volume, dan disiplin capex,” tutur dia, Rabu (17/12).

Wafi menyebut, saham-saham seperti ANTM, PTBA, INCO, dan TINS dapat dipertimbangkan oleh investor. Harga saham ANTM ditargetkan dapat mencapai level Rp 4.000 per saham, PTBA di level Rp 3.300 per saham, INCO di level Rp 4.600 per saham, dan TINS di level Rp 3.600 per saham.

Di lain pihak, Abida juga bilang saham-saham Grup MIND ID masih sangat layak dipertimbangkan oleh investor pada 2026, tetapi dengan strategi yang tersegmentasi dan selektif. Konsensus analis merekomendasikan beli saham INCO dan TINS dengan target harga masing-masing di level Rp 4.700 per saham dan Rp 3.700 per saham. 

Saham ANTM dan PTBA juga direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 4.100 per saham dan Rp 3.100 per saham.

Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga Buat Topang Rupiah di Tengah Tekanan Fiskal

Selanjutnya: BUMN Mitratani Dua Tujuh Buka Lowongan Kerja Terbaru, Simak Syaratnya Ini

Menarik Dibaca: Rayakan HUT ke-67 NTB dengan Promo HokBen Paket Berdua Hemat sampai 19 Desember

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×