kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong Peluang Indofood CBP (ICBP) di Tahun Pemulihan Ekonomi


Kamis, 13 Januari 2022 / 17:57 WIB
Meneropong Peluang Indofood CBP (ICBP) di Tahun Pemulihan Ekonomi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham sektor konsumer masih cenderung tertekan sepanjang tahun ini. Kendati begitu, saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) masih jadi salah satu saham konsumer yang jadi pilihan investor asing.

Jika merujuk data RTI, dalam sebulan terakhir setidaknya asing melakukan aksi beli bersih untuk saham ICBP sebanyak Rp 115,07 miliar.

Analis Pilarmas Sekuritas Okie Ardiastama menilai ICBP secara fundamental memang punya posisi yang kuat. Tak mengherankan jika investor baik asing maupun domestik banyak yang melakukan aksi beli. Menurutnya, indikator ketahanan fundamental ICBP adalah kinerjanya yang solid sepanjang kuartal ketiga 2021.

Adapun, ICBP membukukan pendapatan sebesar Rp Rp 14.4 triliun pada kuartal ketiga 2021 atau tumbuh 10% secara kuartalan. Sementara dari sisi bottom line, laba bersihnya berhasil naik 17,8% secara kuartalan menjadi Rp 1,7 triliun. Alhasil, secara kumulatif, hingga kuartal ketiga 2021, ICBP berhasil mencatatkan pendapatan Rp 42,6 triliun dengan laba bersih Rp 5 triliun atau masing-masing naik 25,7% dan 25,4% secara year on year.

“Perlu diingat, pada kuartal ketiga 2021 sempat ada pembatasan sosial yang ketat, sehingga kinerja ICBP ini jadi pertanda yang cukup baik,” kata Okie kepada Kontan.co.id, Kamis (13/1).

Baca Juga: Dana Investor Asing Diproyeksi Masih Deras Masuk ke Pasar Saham Indonesia

Memasuki tahun 2022, Okie menilai saat ini kinerja ICBP masih didominasi dari dalam negeri seiring penjualan yang solid. Namun, jika pelonggaran aktivitas dan penanganan pandemi yang lebih baik di negara mitra dagang ICBP akan dapat mendorong naiknya kinerja dari ekspor emiten produsen mie instan ini. 

Sementara analis MNC Sekuritas Rifqi Ramadhan dalam risetnya pada 10 Januari menuliskan, emiten consumer ritel seperti ICBP punya prospek yang lebih baik seiring dengan kondisi makro ekonomi yang turut membaik. 

Menurutnya, terdapat empat katalis positif yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih solid pada tahun ini. Dimulai dari penanganan kasus Covid-19 yang lebih baik, pertumbuhan kredit, belanja pemerintah yang meningkat pesat, hingga naiknya konsumsi domestik. 

“Konsumsi nasional pada kuartal ketiga 2021 tercatat sebesar Rp 1.446,5 triliun atau naik 1,03% secara tahunan. Kami meyakini, konsumsi nasional berpotensi untuk naik sejalan dengan meningkatnya rata-rata upah minimum provinsi (UMP) sebesar 1,09%,” tulis Rifqi dalam risetnya.

Baca Juga: Saham Konsumer Diprediksi Lebih Agresif di Semester II

Dari sisi risiko, Rifqi melihat kenaikan average selling price (ASP) minyak sawit atau crude palm oil (CPO) pada awal tahun bisa jadi risiko bagi ICBP. Pasalnya, kenaikan ASP CPO dapat mengurangi margin emiten konsumer. 

Namun, tim riset NH Korindo Sekuritas dalam risetnya pada 20 Desember menuliskan ICBP memiliki ruang yang cukup untuk melaksanakan rencananya meningkatkan ASP pada awal tahun depan untuk produk-produk tertentu. Hal ini tidak terlepas dari posisi ICBP sebagai pemimpin pasar. 

“Dengan demikian, perusahaan bisa menjaga marginnya relatif stabil. Kami juga melihat marjin ICBP secara keseluruhan tetap kuat meskipun dilatarbelakangi oleh kenaikan harga komoditas dan kondisi yang tidak menguntungkan,” tulis NH Korindo dalam risetnya.

Sementara analis RHB Sekuritas Michael Wilson dalam risetnya pada 1 Desember menuliskan, ICBP punya kecenderungan untuk menaikkan ASP mie instan pada awal tahun sekitar Rp 100 per bungkus. Ia menilai, pada tahun ini, ICBP berpotensi untuk menaikkan ASP sekitar 3% pada akhir kuartal I-2022. 

Baca Juga: Pemulihan Ekonomi Jadi Momentum Emiten Menaikkan Alokasi Capex

“Menurut kami, kenaikan harga ini seharusnya dapat mengurangi tekanan beban biaya. Terlebih dengan performa Bogasari yang cenderung kurang baik. Hal ini dapat berarti akan ada perubahan harga secara bertahap dari harga tepung yang tinggi ke tepung dengan harga yang lebih murah,” ujar Michael dalam risetnya.

Sementara Okie menambahkan, risiko untuk kinerja ICBP masih akan berkaitan dengan penanganan pandemi dan distribusi vaksin. Namun, jika kedua hal tersebut tidak menjadi masalah, maka seharusnya dapat mendorong naik kepercayaan konsumen.

“Jika dilihat dari sisi valuasi, ICBP saat ini memang diperdagangkan sedikit di atas rata-rata sektor. Namun kami melihat hal tersebut cukup wajar melihat pasar juga mengapresiasi kinerja ICBP di tengah pandemi,” imbuh Okie.

Adapun, NH Korindo memproyeksikan ICBP pada tahun 2021 akan membukukan pendapatan sebesar Rp 57,93 triliun dengan laba bersih Rp 6,87 triliun. Sementara untuk tahun ini, diperkirakan akan mencatatkan pendapatan Rp 62,66 triliun dengan laba bersih Rp 7,41 triliun.

Saat ini Okie merekomendasikan beli untuk saham ICBP dengan target harga Rp 9.350 per saham. Sementara Rifqi dan NH Korindo Sekuritas sama-sama merekomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp 10.850 dan Rp 11.300 per saham. 

Pada perdagangan hari ini, Kamis (13/1), saham ICBP ditutup menguat 0,29% ke level Rp 8.775 per saham.

Baca Juga: Kinerja Sektor Konsumer Primer, Rindu Daya Beli Konsumen Pulih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×