kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menerjang krisis, lonjakan IHSG 25 tahun terakhir beriringan dengan kinerja emiten


Rabu, 29 September 2021 / 08:35 WIB
Menerjang krisis, lonjakan IHSG 25 tahun terakhir beriringan dengan kinerja emiten


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pernah dihadang sejumlah krisis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu mencetak pertumbuhan tinggi sepanjang 25 tahun terakhir.

IHSG menguat 1.021,63% dari posisi 545 pada 2 September 1996 sampai perdagangan Selasa (28/9) menuju level 6.113,11. Pertumbuhan ini memimpin jika dibandingkan dengan sejumlah indeks saham Asia.

Lihat saja, pertumbuhan indeks Shanghai masih jauh lebih kecil atau naik 347,60% dalam periode yang sama. Kemudian, indeks Nikkei 225 hanya menguat 50,12%. Adapun pergerakan Indeks Saham Gabungan Kuala Lumpur (KLCI) terpantau tumbuh 39,83% dan Bursa Saham Thailand (SET) naik 48,82%.

Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan memaparkan, pertumbuhan IHSG merefleksikan kenaikan dari nilai saham atau nilai emiten. Dalam konteks ini, kata Alfred, melesatnya harga saham utamanya ditopang oleh kondisi fundamental yaitu pertumbuhan ekonomi secara makro, sehingga memberikan pertumbuhan di tatanan mikro atau emiten.

Baca Juga: Wall Street tumbang pada awal perdagangan Selasa (28/9)

“Kalau saya hitung secara kasar, produk domestik bruto (PDB) Indonesia dari tahun 1996 sampai di tahun 2020 mampu tumbuh 6,8% per tahun, padahal sepanjang periode tersebut Indonesia mengalami koreksi ekonomi di tahun 1998 dan 2020,” terang Alfred kepada Kontan.co.id, Selasa (28/9).

Nah, kondisi fundamental makro tersebut membuat pasar domestik maupun asing memberikan respons positif untuk nilai saham emiten di bursa Indonesia.

Indonesia masuk ke kategori negara emerging markets. Negara emerging markets memang memiliki karakteristik angka pertumbuhan yang lebih tinggi. Menurut dia ini terbukti dalam realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam 25 tahun terakhir.

Alfred memberikan contoh beberapa emiten dengan peningkatan kinerja yang baik, salah satunya PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM). Jika dilihat, TLKM berhasil mencetak laba bersih Rp 1,5 triliun pada 1996. Laba emiten pelat merah ini tumbuh hingga 1.294% menjadi Rp 20,8 triliun pada tahun 2020.

Baca Juga: Jumlah investor pasar modal meningkat pesat selama periode Januari-Agustus 2021

Tak hanya TLKM, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) juga membukukan kenaikan laba bersih 1.738% dari sebelumnya tahun 1996 sebesar Rp 351 miliar menjadi Rp 6,45 triliun pada 2021. Jadi, sambungnya, performa IHSG ini sejalan dengan performa emitennya.

Untuk tahun ini, Alfred memperkirakan IHSG akan berada dalam rentang 6.300-6.500. Hasil penanganan Covid-19 yang jauh lebih baik, proses pemulihan ekonomi yang juga lebih baik turut mendorong pergerakan IHSG.

Selain itu, dia mencermati adanya konsistensi net buy asing di akhir tahun. Mengutip data RTI, investor asing telah membukukan beli bersih senilai Rp 11,34 triliun di seluruh pasar dalam tiga bulan terakhir.

“Harga komoditi yang masih solid dan windows dressing menjelang akhir tahun akan turut mewarnai pergerakan IHSG,” kata Alfred. Dia memprediksi pasar saham global bakal kondusif pasca mulai jelasnya pelaksanaan kebijakan tapering dan juga kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Didominasi sentimen global, simak prediksi pergerakan IHSG untuk Rabu (29/9)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×