kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menerawang Kemilau Emas di Tengah Ancaman Resesi Amerika Serikat


Rabu, 22 Juni 2022 / 16:26 WIB
Menerawang Kemilau Emas di Tengah Ancaman Resesi Amerika Serikat
ILUSTRASI. Logam mulia emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam).


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga logam mulia saat ini terlihat sedang bergerak naik-turun. Dalam beberapa hari terakhir, harga emas batangan keluaran PT Aneka Tambang (Antam) bahkan mencoba menembus level Rp 1 juta per gram. Namun, pada hari ini, Rabu (22/6), harganya justru turun menjadi Rp 993.000 per gram.

Analis DCFX Lukman Leong mengungkapkan secara jangka panjang emas logam mulia masih akan punya prospek yang bagus secara jangka panjang. Namun, hingga akhir sisa tahun ini, ia cenderung melihat emas belum memiliki peluang untuk naik lebih tinggi. Hal ini tidak terlepas dari siklus kenaikan suku bunga agresif The Fed.

“Mungkin menjelang akhir tahun, emas baru akan mulai kembali diminati setelah ada konfirmasi resesi di AS dan tekanan akan kenaikan suku bunga oleh The Fed mereda,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (22/6).

Namun, dalam waktu dekat, ia melihat masih akan terjadi tarik menarik sentimen untuk emas. Sentimen seperti terus berlanjutnya perang antara Ukraina - Rusia serta tensi geopolitik China - Taiwan - Amerika Serikat, lalu adanya ketidakpastian kebijakan zero-covid policy di China yang bisa saja menyebabkan kembali terjadinya lockdown

Baca Juga: Menilik Keamanan Investasi Emas Antam

Menurutnya, hal ini dikhawatirkan bisa menyebabkan masalah pada supply chain global yang pada ujungnya kembali melonjakkan harga-harga barang dan terus mendorong angka inflasi tetap tinggi.

Alhasil, Lukman menilai The Fed kemungkinan masih akan melanjutkan atau bahkan lebih agresif pada kebijakan kenaikan suku bunga guna meredam laju inflasi. Agresifnya The Fed di satu sisi bisa membuat kemilau emas kurang menarik, tapi juga semakin memperbesar peluang terjadinya resesi.

“Pada akhirnya, harga emas secara jangka panjang masih akan menarik dan berpotensi menguat,” imbuh Lukman. 

Oleh karena itu ia menyarankan para investor untuk menunggu kesempatan melakukan pembelian emas ketika di harga bawah. Proyeksinya, harga emas spot berpeluang untuk terkoreksi di bawah US$ 1.800 per ons troi. Ketika sudah mencapai level tersebut, ada kemungkinan harga akan kembali naik mendekat US$ 2.000 per ons troi.

“Jadi ada peluang harga logam mulia akan turun ke Rp 900.000 per gram, yang merupakan harga yang menarik untuk masuk. Mungkin bisa lakukan aksi beli ketika di kisaran Rp 850.000 - Rp 900.000,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×