Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) diprediksi bisa kembali naik di kuartal IV-2024. Secara historis, harga raja aset kripto ini selalu naik di kuartal terakhir khususnya saat tahun-tahun halving.
Berbeda dari siklus sebelumnya, harga Bitcoin pada 2024 mencapai titik tertinggi sepanjang masa sebelum halving, suatu fenomena yang memunculkan spekulasi tentang potensi terjadinya "super megacycle" dalam tahun halving ini.
Namun, lebih dari 123 hari sejak halving terjadi, harga Bitcoin belum berhasil melampaui titik tertinggi sebelumnya, bahkan turun 13% dalam sebulan terakhir. Hal ini memicu perdebatan di kalangan pelaku pasar tentang kemungkinan reli di kuartal keempat 2024.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur melihat bahwa investor harus tetap waspada dan siap mengambil peluang karena dinamika pasar dapat berubah dengan cepat dan membawa Bitcoin ke level baru yang lebih tinggi. Menurutnya, nilai Bitcoin akan kemungkinan besar akan meningkat di kuartal IV 2024.
Data dari CoinGlass menunjukkan, Bitcoin selalu mencatat imbal hasil positif pada kuartal keempat selama tahun-tahun halving, dengan keuntungan yang signifikan pada tahun 2016 dan 2020. Selain itu, Bitcoin juga mencatatkan imbal hasil positif dalam delapan dari 11 tahun antara 2013 dan 2023, dengan rata-rata keuntungan sebesar 88%.
Baca Juga: Bappebti Batasi Pendaftaran Izin Dagang Kripto Hingga 16 Oktober 2024
“Jika sejarah menjadi panduan, maka ada kemungkinan 73% bahwa Bitcoin akan menguat pada kuartal keempat 2024," jelas Fyqieh dalam riset dikutip Jumat (23/8).
Fyqieh mencermati bahwa pada siklus halving sebelumnya menemukan bahwa reli bull biasanya dimulai pada kuartal keempat. Adapun harga Bitcoin saat ini berada dalam fase akumulasi, yang menunjukkan potensi kenaikan setelah memasuki kuartal terakhir 2024.
Namun, resistensi kuat masih menjadi tantangan besar. Data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView menunjukkan bahwa harga Bitcoin tetap berada di bawah rata-rata pergerakan eksponensial (EMA) 200 hari selama tujuh hari terakhir.
“Hambatan ini, menurut Model In/Out of the Money Around Price (IOMAP), menunjukkan bahwa likuiditas sisi permintaan yang tinggi diperlukan untuk mendorong harga Bitcoin melewati EMA 200 hari di US$63.423 dan keluar dari konsolidasi saat ini,” ujar Fyqieh.
Menurut Fyqieh, tekanan resistensi dari EMA 200 hari mencerminkan kondisi pasar yang berhati-hati, di mana investor menunggu konfirmasi lebih lanjut sebelum mendorong harga lebih tinggi.
Sehingga, potensi reli di kuartal keempat sangat mungkin terjadi, tetapi akan sangat bergantung pada bagaimana pasar bereaksi terhadap berbagai faktor makroekonomi, termasuk kebijakan moneter global dan sentimen investor terhadap aset digital.
Baca Juga: Intip Pilihan Investasi Robert Kiyosaki di Tengah Ancaman Krisis Global
Risalah Rapat Fed AS dari pertemuan bulan Juli telah memperkuat spekulasi atas potensi penurunan suku bunga pada bulan September. Langkah ini telah memicu spekulasi atas reli di sektor keuangan yang lebih luas, apalagi pasar kripto.
“Suku bunga yang lebih rendah secara umum meningkatkan kepercayaan pasar, mendorong partisipasi investor yang lebih besar," imbuh Fyqieh.
Fyqieh memperingatkan bahwa jika Bitcoin gagal menembus resistensi kunci ini, potensi penurunan ke level US$ 57.500 atau bahkan US$ 54.500 menjadi semakin nyata. Pasar saat ini sedang mencari arah yang jelas, dan jika kita melihat ketidakmampuan Bitcoin untuk menembus level resistensi penting, maka kemungkinan terjadi tekanan jual yang lebih besar.
Dengan semua faktor ini, kuartal IV-2024 akan menjadi periode krusial bagi Bitcoin. Patut dinantikan, apakah sejarah akan terulang dengan reli kuat, atau justru terjadi penurunan lebih lanjut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News