Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Memasuki bulan Ramadan, transaksi di pasar modal domestik biasanya sepi. Pada hari pertama puasa, Kamis (18/6) lalu, volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia sebanyak 3,02 miliar saham. Jumlah ini menyusut paling tajam selama sembilan hari terakhir.
Tapi di hari kedua puasa, kemarin (19/6), volume transaksi di BEI melonjak menjadi 4,83 miliar saham. Bahkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di akhir pekan ini ditutup naik 0,80% menjadi 4.985,01.
Bertepatan dengan bulan penuh berkah ini, ada anggapan saham yang masuk daftar efek syariah, seperti Jakarta Islamic Index (JII) dan Indonesia Sharia Stock Index (ISSI), mulai masuk radar investasi.
Kinerja saham yang masuk JII tak jauh berbeda dengan IHSG. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), JII mencetak return minus 3,50%, masih lebih baik ketimbang return IHSG yang minus 4,63%.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada menilai, anggapan masuk ke saham syariah pada bulan Ramadan itu menguntungkan tidak sepenuhnya benar. Menurut dia, syariah adalah perilaku dalam berinvestasi di saham, baik yang masuk indeks saham syariah maupun tidak. "Yang ditekankan adalah bagaimana pelaku pasar berperilaku, misalnya mengurangi spekulasi. Misalnya masuk saham syariah tetapi tetap spekulatif, maka tidak termasuk syariah," ujar dia.
Reza melihat transaksi saham syariah, baik di bulan puasa maupun di luar Ramadan, tidak ada perbedaan. Kenaikan maupun penurunan saham itu tergantung pada sentimen yang berkembang. Seperti saham INCO yang tetap bergantung pada harga nikel atau LSIP yang terpengaruh harga CPO. Kedua saham ini masuk dalam daftar 30 saham Jakarta Islamic Index (JII).
Reza menekankan, saham yang justru berpotensi naik selama bulan puasa adalah saham konsumer. Maklum, konsumsi masyarakat meningkat di bulan ini. Apalagi, para karyawan mendapatkan tunjangan hari raya (THR) yang turut berimbas pada kenaikan tingkat konsumsi. Hal ini yang akhirnya mendorong kenaikan saham-saham barang konsumsi.
Selain itu, saham sektor telekomunikasi ikut terangkat. Hal ini disebabkan pemakaian telepon seluler maupun data naik, terutama menjelang Lebaran. "Namun untuk saham telekomunikasi, investor lebih selektif," imbuh Reza.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo menambahkan, saham terkait konsumer akan naik di bulan Ramadan. Misalnya RALS dan MAPI, serta saham pakan ternak, seperti CPIN, MAIN dan JPFA.
Kenaikan saham itu turut mendorong indeks saham syariah, baik JII maupun ISSI. Pasalnya, saham syariah juga sebagian besar ditopang emiten konsumer dan ritel. Karena itu, secara tak langsung, indeks saham syariah cenderung naik di bulan Ramadan.
Tapi, Satrio melihat, perilaku investor asing di bulan puasa cenderung mengurangi porsi saham. Langkah ini untuk mengantisipasi penurunan volume perdagangan. Di bulan puasa ini, Satrio merekomendasikan saham MAPI, RALS, UNVR, ICBP, INDF, CPIN, AKRA dan WIKA.
Sementara Reza merekomendasikan saham ICBP, UNVR, KLBF, TLKM serta MPPA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News