Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pasar menantikan hasil pertemuan (FMOC) yang akan menentukan arah pergerakan rupiah ke depan.
Menurut data Bloomberg, rupiah spot pada perdagangan Rabu (07/5) berada di posisi Rp 16.536 per dolar AS atau terkoreksi 0,53% secara harian. Adapun rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) terkoreksi 0,37% menjadi Rp 16.533 per dolar AS.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, pelemahan yang dirasakan oleh mayoritas mata uang Asia, seiring dengan menguatnya dolar AS jelang pertemuan FMOC. Salah satu sentimennya karena harapan perundingan perang tarif antara AS – China dan meredanya spekulasi apabila AS menghendaki penguatan mata uang pada negara-negara bersangkutan (korban tarif) sebagai bagian dari kesepakatan.
Sebagai informasi, rilis pernyataan hasil pertemuan FMOC akan dilakukan pada Kamis (08/5) dini hari. Pasar berekspektasi Federal Reserve (Fed) akan kembali menahan suku bunga pada bulan ini. "Jika kejutan seperti pemangkasan suku bunga, maka rupiah bisa menguat dan sebaliknya," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (07/5).
Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,37% ke Rp 16.533 Per Dolar AS pada Rabu (7/5)
Menurut Lukman, secara umum fokus pasar masih berkutat pada perkembangan tarif. Investor cenderung berhati-hati terhadap pernyataan pemerintah AS mengenai pertemuan dengan delegasi China pada pekan ini. "Mengingat kilas balik berbagai statement yang dilontarkan oleh pemerintah AS terkesan cukup inkonsisten," ujar Lukman.
Dari domestik, rilis data cadangan devisa Indonesia besok pagi juga akan mempengaruhi bagaimana arah gerak rupiah ke depan.
Founder Tradeindo Wahyu Tribowo Laksono menimpali kekhawatiran pasar terhadap data ekonomi Indonesia menjadi salah satu faktor tekanan pada mata uang garuda ini. Hal ini juga berlaku untuk pergerakan rupiah besok Kamis (08/5).
Secara teknikal, pelemahan rupiah hari ini terjadi pasca momentum overbought. Meskipun, ada koreksi dalam jangka pendek, namun belum merubah trend bullish pada rupiah dalam jangka menengah.
Ke depan, jika sentimen risk-off global masih mendominasi, didorong oleh kekhawatiran geopolitik atau data ekonomi AS yang kembali kuat, rupiah bisa berpotensi untuk kembali tertekan. Sebaliknya, jika sentimen global maupun domestik mendukung, maka rupiah berpotensi untuk stabil.
Wahyu bilang, sentimen positif dari fundamental ekonomi Indonesia yang relatif kuat masih dapat menjadi penopang. "Namun, penguatan signifikan mungkin akan tertahan oleh kekuatan dolar AS secara umum," imbuh Wahyu.
Dalam analisisnya, Wahyu memproyeksikan rupiah pada perdagangan Kamis (08/5) akan bergerak dikisaran RP 16.420 – Rp 16.580 per dolar AS.
"Jika asumsi pasar benar bahwa hasil pertemuan FMOC akan kembali menahan suku bunga AS, maka ada kemungkinan rupiah akan menguat terbatas pada perdagangan besok, dikisaran Rp 16.450 – Rp 16.660 per dolar AS," tutup Lukman.
Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,53% ke Rp 16.536 Per Dolar AS pada Rabu (7/5)
Selanjutnya: Bill Gates Belum Akan Terlibat dengan Program Makan Siang Gratis
Menarik Dibaca: Apakah Kentang Bagus untuk Diet Menurunkan Berat Badan? Ini Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News