kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Menang pemilihan presiden, Jokowi Effect belum muncul


Selasa, 21 Mei 2019 / 19:28 WIB
Menang pemilihan presiden, Jokowi Effect belum muncul


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menyelesaikan rekapitulasi suara pemilihan presiden dan pemilu legislatif. Namun, hal tersebut bukan berarti Jokowi Effect bakal segera kembali muncul.

Hasil rekapitulasi menunjukan perolehan suara pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin mengungguli rivalnya pasangan Prabowo-Sandiaga . Pada saat yang bersamaan, kubu Prabowo-Sandi memutuskan menggugat hasil pemilu tersebut ke Mahkamah Konstitusi (MK).

"Itu menjadi ketidakpastian baru di pasar," ujar Suria Dharma, Kepala Riset Samuel Sekuritas kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).

Ketidakpastian tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Selasa ini (21/5). Indeks memang menguat 0,75% ke level 5.951,37.

Namun, penguatan tersebut terjadi di tengah pelemahan rupiah sebesar 0,17% menjadi Rp 14.480 per dollar Amerika Serikat (AS). Investor asing juga masih mencatatkan jual bersih atau net sell Rp 643,08 miliar di seluruh pasar.

"Kenaikan IHSG lebih karena lokal, sementara asing keluar. Jadi, belum kuat," jelas Suria.

IHSG kemungkinan masih tertekan setidaknya selama satu bulan ke depan. Ini mempertimbangkan jangka waktu proses gugatan yang memakan waktu selama sebulan. "Sebentar lagi juga Lebaran, pasar biasanya sepi," imbuh Suria.

Belum selesai sampai di situ. Jika dua sentimen tersebut usai, pasar masih harus menghadapi sentimen kabinet pemerintahan Jokowi di periode kedua ini.

Menurut Suria, sinyal pembalikan arah IHSG baru terlihat jika indeks mampu kembali menyentuh level 6.000. Tren bullish baru akan menjadi lebih kuat jika level 6.150 ditembus.

Masalahnya, IHSG tidak hanya terpapar sentimen dalam negeri, tapi juga asing. Perang dagang masih menjadi faktor utama larinya modal asing ke luar negeri. Sehingga, bisa dibilang, fundamental pasar modal Indonesia tergolong masih rapuh.

"Wajar, investor asing memilih Indonesia saat masuk ke emerging market karena growth-nya paling menarik. Sehingga, saat mereka kembali keluar, tekanan yang diterima pasar modal juga besar," tutur Suria.

Terlepas dari masalah tersebut, pasar modal lokal masih memiliki prospek. Jika melihat sentimen Jokowi kembali memimpin, ada tiga sektor yang menurut Suria menarik.

Pertama, sektor konstruksi. Sentimennya memang sudah tak lagi sekuat Jokowi Effect sebelumnya. "Kalau Prabowo yang menang, konstruksi berhenti," tambah Suria.

Sentimen di sektor tersebut memang sudah tak lagi sekencang Jokowi Effect sebelumnya. Namun, pemerintah saat ini tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur dan fokus di proyek tertentu. Ini tetap memberikan berkah emiten konstruksi dari ramainya kontrak, tapi pada saat yang bersamaan membantu cashflow karena tak perlu menalangi proyek terlalu banyak.

Kedua, sektor perbankan juga menarik. Ada ekspektasi kondisi ekonomi membaik. Ini akan meningkatkan permintaan kredit. Pembangunan proyek infrastruktur juga membuat permintaan kredit terjaga.

Ketiga, sektor konsumer juga menarik karena adanya potensi meningkatnya daya beli. "Dana sosial tahun ini saja naik 32%," imbuh Suria.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×