kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menambang saham emiten tambang


Senin, 30 Oktober 2017 / 08:25 WIB
Menambang saham emiten tambang


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten tambang batubara dapat tersenyum lebar di akhir tahun 2017. Harga batubara dunia yang terus menanjak berhasil mengerek kinerja sebagian besar perusahaan batubara dalam negeri.

Terlebih, memasuki musim dingin, permintaan batubara kembali menanjak terutama dari China. Peluang ini pasti tak akan disia-siakan emiten batubara. Walaupun realisasi produksi batubara hingga Agustus 2017 masih rendah.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, produksi si hitam hingga 31 Agustus 2017 hanya 294,5 juta ton. Setara 62% dari target produksi tahun ini di level 477 juta ton.

Analis Ciptadana Sekuritas Kurniawan Sudjatmiko mengatakan, emiten batubara dalam negeri akan kebagian berkah dari kenaikan permintaan dari China. Mengingat pemerintah Negeri Tirai Bambu tersebut sedang melakukan reformasi tambang demi menanggulangi polusi lingkungan. Dampaknya, produksi komoditas, tak terkecuali batubara juga menurun.

"Padahal pemerintah China mengharuskan pembangkit listrik di sana memperbanyak stok batubara terutama menjelang musim dingin untuk mencegah kelangkaan," jelas Kurniawan, Jumat (27/10).

Selain China, Analis Samuel Sekuritas Sharlita Malik bilang, India dan Vietnam juga sedang membuka lebar peluang industri batubara asal Indonesia. Dalam riset yang diterbitkan Rabu (18/10), Shatlita memberikan peringkat netral pada netral pada saham batubara dengan asumsi harga akan stabil dan persediaan relatif rendah.

Asal tahu saja, ESDM menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) bulan Oktober di level US$ 93,99 per ton. Angka ini menanjak 2,13% dari bulan September di US$ 92,03 per ton.

Sementara, Jumat (27/10) harga batubara kontrak pengiriman Januari 2018 di ICE Future sudah ada di level US$ 97,10 per metrik ton. Dan diperkirakan harganya terus menanjak bahkan kembali menembus level US$ 100 per metrik ton.

Walau masih diselimuti sentimen positif, tapi Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengingatkan, pasar harus berhati-hati dengan penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Memang keperkasaan the greenback bakal mengkerek harga ekspor batubara dan membuat emiten dengan laporan keuangan bervaluasi dollar menjadi cantik. Namun demikian, otomatis biaya produksi juga bakal mendaki.

Emiten pilihan

"Penguatan dollar bisa memberikan implikasi harga jual akan meningkat, tapi kalau emiten punya utang dan cost of production dalam dollar AS juga meningkat," jelas Reza.

Dari semua emiten tambang yang bersaing di Bursa Efek Indonesia (BEI), Sharlita melihat PT Adaro Energy Tbk yang paling menarik karena memiliki kekuatan utama di ekspor.

Selama ini, 70% produksi batubara ADRO di ekspor dan sisanya untuk kebutuhan domestik. Kinerja ADRO hingga kuartal II-2017 pun ciamik setelah berhasil meraup pendapatan US$ 1,55 triliun atau lompat 31,83% dari periode yang sama tahun 2016.

Pilihan Kurniawan berbeda. Ia lebih menjagokan PT Bukit Asam Tbk yang gencar dalam proyek pembangkit listrik nasional. Memang, 64% pendapatan emiten BUMN ini berasal dari penjualan batubara domestik. "Juga karena harga sahamnya masih murah, dan dari sisi profitabilitas juga masih salah satu yang terbaik," katanya.

Emiten lain yang menarik perhatian adalah PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Anak usaha Grup Bakrie ini adalah salah satu emiten dengan cadangan batubara terbesar. Menurut Reza, BUMI menarik karena momentum profitabilitasnya besar. Namun dari sisi fundamental, pelaku pasar harus cermat, terutama mengenai restrukturisasi utangnya.

Walau berhasil mencetak laba di tengah tahun ini, namun sejumlah beban perusaah patut dicermati. "Bukan berarti jelek, cadangan batubaranya memang besar, sehingga cost yang ditanggung juga besar," jelas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×