Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan harga komoditas batubara turut mengerek kinerja saham pertambangan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sejumlah saham tambang bergerak menguat dalam beberapa hari terakhir.
Pada Selasa (12/12), indeks pertambangan ditutup menguat 2,20%, melampaui kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya sebesar 0,10%. Kenaikan indeks pertambangan lebih tinggi dibandingkan sektor industri dasar dan kimia yang ditutup menguat 1,75% dan sektor infrastruktur yang naik 0,98%. Indeks pertambangan juga mengalahkan sektor lain seperti sektor keuangan, konsumer, dan sektor properti yang ditutup di zona merah kemarin.
Selama sebulan terakhir, harga batubara Newcastle di bursa ICE bergerak naik. Bahkan, pada Senin (11/12) lalu, harga bahan bakar ini menyentuh harga tertinggi selama sebulan terakhir di posisi US$ 98,25 per metrik ton.
Performa sektor pertambangan yang positif sepanjang tahun ini diprediksi bisa terus bertahan hingga 2018 nanti. "Sektor pertambangan tampaknya akan kembali jadi primadona untuk lima tahun ke depan," ungkap Vice President Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheere, kemarin.
Namun, hal tersebut tak berarti sektor ini bebas dari tantangan. Salah satu sentimen yang mampu menahan laju sektor pertambangan ialah pelambatan ekonomi Tiongkok. "Selain itu, jika bursa saham dunia terkoreksi cukup dalam, harga komoditas berpotensi melemah," kata Nico.
Ia pun melihat ada beberapa saham komoditas yang bisa menjadi pilihan di tahun depan. Saham tersebut antara lain PTBA, ITMG, ADRO, BUMI, INCO, MDKA dan PSAB.
Analis First Asia Capital, David Sutyanto, juga memprediksi prospek saham tambang terus membaik. "Tahun depan lebih potensial lantaran kondisi Indonesia akan lebih stabil," kata dia.
Potensi kenaikan
Tak hanya harga batubara yang diperkirakan akan terus membaik. Komoditas lain seperti minyak dan gas bumi, nikel dan emas pun diprediksi terus melaju di tahun 2018 nanti.
Namun, David menambahkan, komoditas yang digunakan untuk keperluan energi seperti batubara dan minyak bumi berpotensi mencatatkan kenaikan yang tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh adanya potensi konflik yang muncul di negara-negara penghasil energi seperti di kawasan Timur Tengah.
"Ada potensi ketegangan di Arab Saudi dengan kehadiran raja baru dan juga perubahan kebijakan di sana. Potensi perang yang bisa timbul antara Arab Saudi dan Yaman pun turut membuat harga minyak bumi menanjak," terang David.
Selain itu, ketegangan Amerika Serikat dan Korea Utara juga belum mereda. AS masih dihantui serangan rudal Korea Utara. Jika ketegangan antara kedua negara tersebut terus meningkat, ada potensi risiko bagi pasar Asia.
Tantangan juga datang dari kondisi ekonomi global yang belum sepenuhnya pulih. Hal tersebut bisa mempengaruhi permintaan berbagai barang komoditas. Hal ini berpotensi menahan laju peningkatan harga-harga komoditas dalam setahun mendatang.
David pun masih merekomendasikan beberapa saham sektor pertambangan yang menarik bagi para pelaku pasar. Harga batubara yang terus melaju di tahun ini membuat David merekomendasikan saham-saham produsen batubara seperti ADRO, PTBA, ITMG dan INDY. Selain itu, saham ANTM, TINS, NIKL, MEDC dan ELSA pun dipandang sebagai saham yang menarik dikoleksi di tahun 2018 nanti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News