Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) bakal memperluas pasar makanan ringan yang mengusung merek dagang Taro. Untuk mewujudkan rencana itu, AISA siap menambah tiga mesin baru dan memperluas pabrik Taro yang berlokasi di Jawa Tengah.
AISA telah menyiapkan dana Rp 150 miliar untuk ekspansi ini. Tak hanya itu, emiten ini membidik pasar luar negeri, seperti Malaysia dan China, untuk memasarkan snack Taro. Dengan menambah kapasitas itu, manajemen memperkirakan omzet Taro naik menjadi Rp 68 miliar per bulan dari sebelumnya senilai Rp 30 miliar per bulan.
Analis Ciptadana Securities, Christine Natasya, menilai langkah AISA berekspansi cukup tepat. Sebab, permintaan snack di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Gross margin Taro terbilang cukup besar. Pada 2013, Christine mencatat gross margin Taro sebesar 50,26%.
Dus, kontribusi penjualan Taro terhadap pendapatan AISA di 2014 diprediksi naik menjadi 11% dari tahun lalu 10,5%. "Pada 2015, saya memperkirakan kontribusinya naik menjadi 12%," tutur Christine. Meski begitu, dia menilai kontribusi terbesar bagi pendapatan AISA masih berasal dari penjualan beras.
Berdasarkan laporan keuangan AISA di semester I 2014, penjualan beras meningkat 41% year-on-year (yoy) menjadi Rp 1,58 triliun. Kemudian divisi makanan menyumbang pendapatan Rp 2,5 triliun dan minyak kelapa sawit berkontribusi Rp 200 miliar.
Analis BNI Securities Ankga Adiwirasta mengatakan, langkah AISA membidik pasar luar negeri juga cukup tepat. "Keberadaan MEA nanti akan menjadi pasar baru dan peluang di bisnis makanan," ungkap dia.
Ekspansi pabrik Taro juga dinilai dapat memantapkan posisi AISA sebagai market leader untuk bisnis snack sejenis Taro.
Ankga menilai, pesaingnya seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) yang tak mengeluarkan produks snack baru dapat menjadi peluang bagi AISA untuk menggeber penjualan TARO.
"Saya melihat, target perusahaan senilai Rp 840 miliar untuk penjualan Taro tampaknya bisa tercapai," jelas dia. Hal itu didorong pendapatan masyarakat menengah yang menunjukkan kenaikan, sehingga pola konsumsi makanan cepat saji dan snack ikut meningkat.
Christine memproyeksikan, AISA pada tahun ini dapat mengantongi pendapatan bersih hingga Rp 5,15 triliun. Jumlah ini tumbuh 35,93% daripada realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 4,05 triliun. Dia juga memperkirakan laba bersih AISA tahun ini tumbuh 26% ketimbang tahun lalu menjadi Rp 390 miliar.
Sedangkan Herman Koeswanto, analis Mandiri Sekuritas dalam risetnya pada 23 September 2014, memperkirakan, laba bersih AISA sepanjang tahun ini berpotensi mencapai Rp 365 miliar.
Christine dan Ankga merekomendasikan buy untuk AISA, dengan target masing-masing Rp 2.900 dan Rp 3.150 per saham. Sedangkan Herman merekomendasikan neutral saham AISA dengan target harga Rp 2.500 per saham. Harga saham AISA kemarin (1/10) senilai Rp 2.295 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News