kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar sensitivitas saham perbankan terhadap bunga BI


Senin, 02 Juli 2018 / 08:00 WIB
Menakar sensitivitas saham perbankan terhadap bunga BI


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi, Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) agresif mengerek naik suku bunga acuan atau BI 7-day repo rate (BI 7-DRR). Dalam dua bulan terakhir, sejak Mei hingga Juni, BI telah menaikkan suku bunga menjadi 5,25%.

Kebijakan ini merespons kenaikan bunga The Fed agar posisi rupiah dapat terjaga. Di akhir pekan lalu, rupiah masih tertekan hingga menembus level intraday tertinggi di Rp 14.403 per dollar Amerika Serikat (AS).

Kenaikan suku bunga akan mempengaruhi prospek bisnis dan kinerja emiten perbankan. Analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih menilai, ada kecemasan dari sisi risiko kredit apabila bank menaikkan bunga kredit untuk merespons kebijakan BI.

Di sisi lain, margin bank berpotensi tertekan jika menahan bunga kredit. “Dalam jangka pendek berdampak baik bagi emiten bank. Setelah dari awal tahun harga saham turun,” ungkap Alfatih saat ditemui di Bursa Efek Indonesia, Jumat (29/6).

Akhir pekan lalu, saham BBNI, misalnya, naik 3,7%, BBCA naik 2,5%, BMRI naik 3,8%, BBRI menanjak 3,27% dan BBTN menguat 3,38%. Alhasil, pelaku pasar masih bisa melakukan trading dengan memperhatikan potensi rebound di level maksimal.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji juga mengemukakan, jika ingin masuk trading di saham perbankan, pelaku pasar sebaiknya memilih saham bank papan atas seperti BBNI, BBRI, BBCA dan BMRI, bagi pemodal besar. “BBTN juga bisa karena ada program 1 juta rumah,” tutur dia.

Selain bunga acuan BI, Nafan berpendapat, ada katalis positif lain yang mempengaruhi emiten perbankan dalam jangka panjang, seperti program pemerintah untuk 1 juta rumah dan kebijakan BI merelaksasi aturan loan to value (LTV) kredit properti.

Nafan menilai investor tidak perlu khawatir margin bank tertekan akibat kenaikan BI 7-DRR. Bank sebetulnya punya alternatif pemasukan yang bisa diandalkan, seperti fee based income (FBI) atau pendapatan komisi dari bisnis jasa perbankan.

Selain itu, emiten bank akan bergerak sejalan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sebab, kapitalisasi sejumlah emiten perbankan  begitu dominan. Tren IHSG menunjukkan perbaikan dan diharapkan diikuti saham bank.

Sementara analis Artha Sekuritas Indonesia Frederik Rasali menilai, saat ini saham perbankan masih netral karena masalah suku bunga. Saham bank juga masih akan dipengaruhi faktor eksternal yang tak dapat dikendalikan.

Sementara sentimen internal yang bisa mempengaruhi hanya tingkat inflasi Indonesia. "Selama bunga The Fed masih agresif dan perdagangan belum stabil, ekonomi Indonesia berpotensi tertekan. Jika bicara ekonomi tentunya perbankan yang paling sensitif," jelas Frederik.           n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×