Reporter: Veri Nurhansyah, Amailia Putri, Sandy Baskoro | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Akhirnya, PT Astra International Tbk (ASII) membuka rencananya memecah nilai nominal saham (stock split). ASII telah mengajukan rencana stock split dengan rasio 1:10. Usulan ini akan dibawa dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) yang dijadwalkan pada April atau Mei tahun ini.
Keputusan ASII mengusulkan stock split ini bertujuan agar sahamnya dapat lebih terjangkau oleh investor ritel. Selain itu, "Untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan," kata Gita Tiffany Boer, Sekretaris Perusahaan ASII, dalam keterangan resmi, Senin (27/2).
Keputusan ASII sejatinya tak murni datang dari manajemen ASII. Bursa Efek Indonesia (BEI) memang meminta emiten ini melakukan stock split demi meningkatkan likuiditas saham. "ASII salah satu emiten yang diminta stock split agar investor ritel bisa masuk ke saham itu sehingga likuiditasnya meningkat," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito, kepada KONTAN, kemarin.
Harga rata-rata ASII selama tiga bulan terakhir di posisi Rp 74.330 per saham. Dengan mengacu rasio 1:10, harga ASII setelah stock split senilai Rp 7.433 per saham.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securites menilai, keputusan stock split ASII berdampak positif pada likuiditas dan pergerakan harga saham ASII. "Stock split juga untuk mengantisipasi kenaikan laba bersih maupun laba per saham. Setelah stock split, kenaikan harga ASII bakal lebih tinggi ketika labanya meningkat dibandingkan bertahan dengan harga sekarang," jelas Edwin.
Stock split akan sukses jika didukung beberapa faktor. Misalnya, kinerja emiten. Sepanjang 2011, ASII mencetak kenaikan pendapatan 26% year-on-year (yoy) menjadi Rp 162,6 triliun. Dus, laba bersihnya naik 24% yoy menjadi Rp 17,8 triliun dengan laba bersih Rp 4.393 per saham.
Prospek perusahaan juga ikut mempengaruhi kelayakan stock split. Menurut Edwin, prospek bisnis ASII di semua lini tergolong bagus. Bisnis otomotif diprediksi terus naik seiring pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan masyarakat. Belum lagi pertumbuhan sektor alat berat yang positif seiring meroketnya industri pertambangan batubara nasional.
Kemudian, prospek industri yang menjadi ladang bisnis ASII juga positif. Industri-industri seperti otomotif, pertambangan hingga pembiayaan yang menjadi domain ASII adalah industri strategis dan masih menyajikan pertumbuhan positif. "Kalau dilihat dari ketiga faktor itu, saya rasa stock split ASII akan berhasil," pungkas Edwin.
Mengacu rasio 1:10, Ellen May, praktisi pasar modal, menilai harga ASII setelah stock split yang di atas Rp 5.000 per saham cukup menarik. Selain terjangkau oleh investor ritel, harga ini sulit untuk digoyang oleh bandar.
Dalam tempo satu hingga dua hari ke depan, harga ASII berpeluang ke Rp 71.000 hingga Rp 72.000 per saham. Harga ASII kemarin naik 0,66% menjadi Rp 68.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News