kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menakar prospek emiten dengan ROE tinggi


Selasa, 17 Oktober 2017 / 21:04 WIB
Menakar prospek emiten dengan ROE tinggi


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa emiten dalam bursa memiliki return on equity (ROE) yang tinggi. ROE bisa menjadi salah satu indikator pelaku pasar dalam mempertimbangkan masuk ke portofolio saham. Namun, apakah ROE tinggi sudah menjamin emiten tersebut bisa menjanjikan?

Mengacu data Bloomberg, lima emiten dengan ROE tertinggi di antaranya seperti PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) dengan ROE sebesar 201,80%, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sebesar 157,43%, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 137,12%, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 112,85% dan PT Paramita Bangun Sarana Tbk (PBSA) sebesar 60,99%.

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia menyatakan, sebagian besar dari emiten dengan ROE tinggi tersebut masih likuid. Di antaranya seperti LPPF, UNVR, MLBI, dan PSAB. Sementara yang tidak likuid adalah BYAN. "Kelebihan perusahaan ini sudah tumbuh, memiliki cashflow operasional positif dan memiliki gross profit margin rata-rata di atas 50%," terang Bertoni kepada KONTAN, Selasa (17/10).

ROE tersebut mengindikasikan jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas. ROE inilah yag digunakan untuk mengukur emiten dalam menghasilkan laba dengan bermodal ekuitas yang sudah diinvestasikan. "ROE di atas 20% bisa menjadi pertimbangan untuk masuk ke saham. ROE 20% berarti cukup baik, ROE di atas 20% lebih baik," imbuhnya.

Namun, selain memperhitungkan ROE, imbal hasil bisa lebih maksimal dengan juga mempertimbangkan book value. Rio menambahkan, saat ini emiten dengan price to book value (PBV) paling murah adalah PBSA dengan 1,4 kali, BYAN dengan 6,99 kali, LPPF dengan 15,57 kali, MLBI dengan 44,38 kali, dan UNVR dengan 77,37 kali.

Bila dilihat dari PER paling murah ada pada BYAN dengan 6,69 kali, LPPF dengan 10,3 kali, MLBI dengan 23,49 kali, UNVR dengan 52,37 kali dan PBSA dengan 68,64 kali.

Untuk emiten, Rio menjagokan UNVR dan LPPF. Menurut dia, UNVR memiliki brand yang bagus, memiliki varian produk yang banyak, serta diterima masyarakat. Sedangkan LPPF menarik karena memiliki banyak gerai dan produk yang dijual banyak digunakan masyarakat.

"Rekomendasi buy LPPF dan UNVR dengan target harga Rp 10.800 dan Rp 51.500," imbuhnya. Selasa (17/10), harga saham UNVR berada di Rp 50.000 dan LPPF pada Rp 9.650.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×