kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar Fundamental Mata Uang Rupiah Pada tahun 2022


Minggu, 26 Desember 2021 / 09:36 WIB
Menakar Fundamental Mata Uang Rupiah Pada tahun 2022
ILUSTRASI. Menakar Fundamental Mata Uang Rupiah Pada tahun 2022


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Selepas perubahan sikap The Fed yang menjadi hawkish, dolar Amerika Serikat (AS) melaju kencang. Alhasil rupiah, sempat terlempar hingga melewati Rp 14.400 per dolar AS.

Namun, dalam seminggu terakhir, rupiah yang justru berbalik melaju kencang. Pada penurunan Jumat (24/12), rupiah sudah berada di level Rp 14.197 per dolar AS. Padahal pada Senin (20/12), mata uang Garuda ini masih berada di level Rp 14.402 per dolar AS.  

Setelah sempat berada dalam tekanan dan menembus level 14.400, seminggu terakhir rupiah positif dan hampir melewati 14.200.

Analis Monex Investindo Futures Faisyal mengungkapkan, penguatan rupiah tidak terlepas dari menguatnya mata uang berisiko secara keseluruhan. Salah satu pemicunya adalah semakin meredanya kekhawatiran terhadap varian omicron karena dampaknya yang cenderung ringgi hingga ditemukannya berbagai obat-obatan untuk menghadapinya.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,59% ke 6.562 Dalam Sepekan Hingga Jumat (24/12)

“Alhasil, pelaku pasar pun kembali jadi risk-on. Mata uang berisiko, termasuk rupiah pun pada akhirnya menjadi buruan para pelaku pasar,” kata Faisyal kepada Kontan.co.id, Jumat (24/12).

Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana menambahkan, penguatan rupiah juga didorong oleh fundamental rupiah yang membaik. Faktor pertama adalah data terkait utang luar negeri Indonesia yang turun. Berikutnya, penerimaan dari pajak juga sudah hendak mencapai target yang ditetapkan pemerintah. 

Adapun, per 23 Desember, jumlah penerimaan pajak mencapai Rp 1.205,81 triliun atau sudah memenuhi 98,07% dari target yang ditetapkan pemerintah pada tahun ini sebesar Rp 2.229,6 triliun.

Sementara untuk tahun depan, Fikri melihat outlook rupiah cenderung stabil, dalam artian tidak akan terlalu terapresiasi maupun terlalu terdepresiasi. Pasalnya, secara fundamental akan cenderung tarik-menarik dari sisi eksternal dengan internal. Dari luar negeri, kebijakan hawkish dari The Fed masih akan jadi katalis negatif untuk rupiah karena memicu risiko capital outflow di pasar portofolio.

Baca Juga: Rupiah Jisdor Menguat 0,22% ke Rp 14.219 Per Dolar AS pada Perdagangan Jumat (24/12)

Namun, untungnya dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan serta ekspor komoditas dengan harga yang tinggi akan buat fundamental rupiah kuat.

Terlebih lagi, Bank Indonesia juga masih akan akomodatif lewat kebijakan burden sharing, stabilisasi rupiah, dan kebijakan fiskal lainnya.

“Mulai tahun depan, Indonesia juga sudah harus berpartisipasi pada Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang akan mendorong penggunaan mata uang lokal dengan 10 negara ASEAN dan 5 negara non-ASEAN. Ini akan membuat volatilitas rupiah lebih terbatas,” imbuh Fikri. 

Faisyal menambahkan, tahun depan sentimen untuk rupiah akan berfokus pada sikap dan keputusan berbagai bank sentral utama. Dengan bank sentral utama yang mulai hentikan stimulus dan naikkan suku bunga acuan, menurutnya BI juga harus bersikap demikian agar rupiah bisa menguat. 

Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,25% ke Rp 14.197 Per Dolar AS pada Jumat (24/12)

Terlebih lagi, dengan bekal data-data ekonomi yang makin solid akhir-akhir ini, ia memperkirakan BI juga akan ikut tren menaikkan suku bunga acuan. Hal tersebut dinilai bisa jadi katalis positif untuk rupiah. 

Sedangkan Fikri meyakini, dengan inflasi Indonesia yang jauh lebih terkendali, menurutnya BI tidak perlu seagresif The Fed yang dikabarkan akan menaikkan suku bunga hingga tiga kali. “Untuk BI, rasanya naikkan suku bunga sebanyak dua kali sudah cukup ideal untuk pertumbuhan ekonomi maupun stabilitas rupiah,” jelasnya.

Fikri memperkirakan, rupiah pada tahun depan akan bergerak pada rentang ideal di kisaran Rp 14.300 - Rp 14.500 per dolar AS. Sementara menurut Faisyal, rupiah idealnya berada pada rentang Rp 14.100 - Rp 14.400 per dolar AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×