kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   35.000   1,84%
  • USD/IDR 16.295   40,00   0,25%
  • IDX 7.045   -20,25   -0,29%
  • KOMPAS100 1.022   -2,15   -0,21%
  • LQ45 795   -1,03   -0,13%
  • ISSI 224   -0,62   -0,28%
  • IDX30 416   -0,26   -0,06%
  • IDXHIDIV20 491   -2,15   -0,44%
  • IDX80 115   -0,14   -0,12%
  • IDXV30 118   -0,37   -0,31%
  • IDXQ30 136   -0,37   -0,27%

Memoles pamor lewat jalur belakang


Kamis, 21 Agustus 2014 / 07:00 WIB
Memoles pamor lewat jalur belakang
ILUSTRASI. Temas (TMAS) akan menggelar aksi pemecahan saham alias stock split dengan rasio 1:10.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Belakangan ini, banyak emiten menawarkan saham terbatas alias rights issue dalam jumlah besar. Tujuannya mengakuisisi perusahaan privat. Setelah itu, biasanya akan ada perubahan pemilik mayoritas.

Backdoor listing ini kerap dilakukan melalui emiten kelas teri yang sahamnya tak populer diperdagangkan. Sementara, perusahaan privat memiliki aset dan modal jauh lebih besar dari emiten tersebut. Akrobat ini selalu menerbangkan harga saham emiten itu. "Keuntungan main saham seperti ini bisa berlipat-lipat," kata seorang trader yang biasa bermain di saham kelas teri.

Lihat saja, saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP). Setelah lama terlelap,  volume transaksi saham SIAP meningkat. Ini karena SIAP akan rights issue Rp 4,67 triliun demi masuknya perusahaan batubara RITS Ventures Limited.

Sejak awal tahun ini, saham SIAP sudah melambung 236,73%, dari Rp 98 per saham menjadi Rp 330 per saham pada 20 Agustus 2014. Volume transaksi saham yang pada awalnya hanya sekitar 5.300 saham pun kini melejit menjadi 30 juta saham. Karena itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan sementara perdagangan saham SIAP. Saham ini beberapa kali menduduki posisi top gainer.

Lalu ada PT Mitra Investindo Tbk (MITI) yang menjadi pintu masuk Goldwater Pte Ltd milik grup Saratoga. PT Pusako Tarinka Tbk (PSKT) juga mendapat pengendali baru, yakni Red Planet Holdings Indonesia Limited, grup Air Asia.

Namun tak semua saham backdoor listing melejit. Perdagangan saham PT Permata Prima Sakti Tbk (TKGA) misalnya masih tidur dan tak banyak transaksi. TKGA sebelumnya mengelola Toko Buku Gunung Agung, kini mengubah lini bisnis menjadi produsen batubara.

Aksi backdoor listing, sering dimanfaatkan menggoreng saham. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, menyarankan, investor berhati-hati. Meski harga naik ratusan persen usai aksi korporasi, saham ini berisiko, lantaran likuiditas kecil.

Apalagi, kinerja emiten tak lantas cemerlang setelah disusui pengendali baru. Kinerja TKGA makin ambruk usai berbisnis batubara. Di semester I-2014, rugi bersih TKGA meningkat 77,08% secara year-on-year (yoy) menjadi US$ 12,75 juta.

Hal lain yang perlu dikritisi adalah minimnya keterbukaan informasi. "Kalau perusahaan bagus akan masuk lewat jalur initial public offering (IPO)," ujar Satrio.
Pengamat Pasar Modal, Yanuar Rizky mengatakan, aksi korporasi ini kerap disusupi insider, sehingga harga terkerek naik. Apalagi valuasi saham diperkirakan bakal berubah usai masuknya pengendali baru.

Menurut Yanuar, ini karena peraturan pasar modal tak mengatur aksi korporasi ini. Padahal, efek dilusi yang ditimbulkan cukup besar. Harga rights issue jauh lebih premium dari harga pasar, sehingga memancing minat investor.

Bukan cuma itu. Biasanya, dana yang dikeruk dari aksi backdoor listing jumbo dan belum tentu berfundamental bagus. "Valuasi saham bisa meningkat, tapi belum tentu bertahan lama. Bisa, malah nyangkut di saham ini. Saya menyarankan menghindari," kata Satrio.

Yanuar menambahkan, otoritas pasar modal seharusnya membuat peraturan khusus soal backdoor listing terutama penjatahan khusus saham rights issue. Hal penting lainnya adalah menjaga risiko likuditas.

Nah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menggodok aturan backdoor listing. OJK bekerjasama dengan The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) untuk meningkatkan kualitas pengaturan dan penerapan tata kelola perusahaan yang baik.

Tapi aksi ini tak sepenuhnya buruk, kinerja beberapa emiten kecil bisa terkerek  lantaran diakuisisi perusaan privat. Agustini Hamid, Analis Recapital Securities, bilang, asal mendalami fundamental investor bisa meminimalisir risiko. "Tak ada salahnya membeli, asalkan teliti dulu fundamentalnya," imbuh dia.               

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×