Reporter: Avanty Nurdiana, Veri Nurhansyah Tragistina, Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Daftar emiten yang akan initial public offering (IPO) di akhir tahun ini semakin banyak. Setidaknya, ada lima calon emiten yang akan melantai di bursa dalam waktu dekat ini (lihat tabel).
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities mengatakan, jika dilihat dari kondisi pasar di akhir tahun akan lebih positif dengan adanya window dressing. Dus, harga saham IPO bisa naik. "Minimal di hari pertama," ujar dia. Apalagi, secara sektoral, saham-saham IPO yang sudah bookbuilding, rata-rata memiliki prospek cukup baik.
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menambahkan, prospek IPO tiap calon emiten akan ditentukan oleh valuasi saham bersangkutan. Idealnya, kata dia, price earning ratio (PER) saham IPO sebesar 15 kali-16 kali, agar menarik buat investor.
Reza juga menyarankan agar investor tetap mencermati harga saham IPO yang ditawarkan. Perusahaan yang bakal listing pun harus mematok harga saham yang cukup terjangkau dan in line dengan industri.
Hal lain yang perlu dicermati, imbuh Satrio, adalah bidang usaha calon emiten. Calon emiten yang bisnisnya bergerak di sektor komoditas punya prospek lumayan bagus. Sebab, harga komoditas dunia mulai rebound seiring membaiknya perekonomian China.
Sebaliknya, calon emiten yang bergerak di usaha properti justru negatif. Ini karena keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan alias BI rate.
Bagi Reza, saham sektor konsumer seperti PT Sido Muncul lebih kebal terhadap krisis. Saham PT Sawit Sumbermas Sarana, juga layak dilirik karena sektor komoditas mulai rebound.
Menurut Satrio, saham Sido Muncul lebih cocok untuk investasi jangka panjang. Sebab dengan harga IPO sebesar Rp 540-Rp 660, berarti price earning ratio (PER) saham Sido Muncul mencapai 18 kali-22 kali dan itu cukup besar. "PER Sido Muncul mencerminkan PER puncak saham bluechips. Bagi trader, ruang meraih gain akan sempit," ujar dia. Karena itu, dia menyarankan untuk membeli saham Sido Muncul untuk jangka menengah dan panjang.
Sementara, Lanjar Nafi, analis Reliance Securities lebih memilih saham PT Indomobil Multi Jasa. Menurut dia, rasio utang terhadap ekuitas perusahaan ini lebih rendah dibanding perusahaan pembiayaan lain. "Secara fundamental bisnis Indomobil Multi Jasa masih solid dan berpotensi tumbuh," ujar dia.
Calon Emiten Bursa Efek Indonesia di Akhir Tahun | |||
Nama Perusahaan | Jumlah saham yang dilepas | Target Penyerapan Dana | Penjamin Emisi Pelaksana |
PT Dwi Aneka Jaya Kemasindo | 642,85 juta saham setara 30% | Rp 400 miliar | NISP Sekuritas |
PT Indomobil Multi Jasa | 1,29 miliar saham setara 25% | Rp 645,75 miliar-Rp 839,47 miliar | CIMB Securities, Deutsche Securities, DBS Vickers Securities, Kresna Graha Sekurindo, Buana Capital |
PT Logindo Samuderamakmur | 193,2 juta saham setara 30% | Rp 540,96 miliar-Rp 714,84 miliar | RHB OSK Securities |
PT Sido Muncul | 1,5 miliar saham setara 10% | Rp 810 miliar-Rp 990 miliar | Kreshna Graha Securindo, Mandiri Sekuritas |
PT Sawit Sumbermas Sarana | 1,5 miliar saham setara 15,7% | Rp 1 triliun-Rp 1,45 triliun | BNP Paribas Securities Indonesia, Mandiri Sekuritas, RHB OSK Securities |
Sumber: Riset KONTAN |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News