kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memilih saham cantik di tahun politik


Senin, 13 Agustus 2018 / 07:00 WIB
Memilih saham cantik di tahun politik
ILUSTRASI. Grafik Digital Pergerakan Perdagangan Saham di BEI


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi, Willem Kurniawan | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah siap bertarung di Pemilu 2019. Petahana Joko Widodo menggandeng Ketua MUI Ma'ruf Amin, sedang Prabowo Subianto berduet dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.

Perhelatan demokrasi ini tentu akan memengaruhi sentimen di pasar modal. Sejumlah saham disinyalir berpeluang diuntungkan. William Hartanto, analis Panin Sekuritas, menyebut, sektor konsumer, media dan telekomunikasi diunggulkan saat pemilu.

Menurut dia, saham telekomunikasi dan media berpeluang terdongkrak karena publik akan lebih giat mengakses situs online dan siaran televisi untuk mengetahui perkembangan politik.

Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe sependapat. "Dengan banyak kegiatan kampanye, permintaan terhadap produk konsumer, termasuk rokok, akan meningkat," kata dia, Minggu (12/8).

Begitu pula kebutuhan telekomunikasi dan akses media massa. Di sektor media, Kiswoyo merekomendasikan MNCN dan SCMA. Pada sektor konsumer yang menarik, seperti UNVR, INDF, ICBP, MYOR, dan ROTI. Lalu, saham rokok yang menarik adalah HMSP dan GGRM.

Kiswoyo memperkirakan, harga saham-saham itu bisa naik 10%-20% hingga pilpres tahun depan, “Semua saham-saham itu bisa dibeli, masih murah," saran dia.

Sedangkan, Hartanto merekomendasikan SCMA dan VIVA. Target harga akhir tahun SCMA di Rp 2.500 dan VIVA Rp 300.

Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menambahkan, secara historikal, saham sektor ritel juga naik signifikan saat pilpres. Selain itu, sektor-sektor yang terkait dengan program yang diusung capres juga berpeluang menguat.

Contohnya, kebijakan pemanfaatan energi biodesel yang digagas Jokowi dan program pembangunan infrastruktur akan berdampak positif pada saham CPO dan konstruksi. "Terlebih jika publik dominan terhadap pasangan calon tersebut,"
papar dia.

William Hartanto merekomendasikan beli saham TBLA dan WSKT. Target harga jangka panjang TBLA di level Rp 1.700 per saham dan target WSKT di level Rp 4.000 per saham.

Hanya jangka pendek

Sejumlah saham di bursa domestik berkorelasi dengan kontestan pilpres 2019. Sebut saja, Sandiaga memiliki saham SRTG, MPMX, DGIK, ADRO, dan NRCA. Adapun petahana Joko Widodo identik dengan saham konstruksi dan infrastruktur karena terkait dengan program kerjanya.

Menurut William Hartanto, mengacu pada kemenangan Sandiaga pada pilgub 2017, saham-saham yang terkait dengannya hanya menguat sepekan. "Jadi, dampak kali ini tidak besar, apalagi posisinya sebagai cawapres,” kata dia.

Saham yang identik dengan Jokowi juga akan berefek jangka pendek. Sebab, masih ada pekerjaan rumah terkait penyelesaian pembangunan dan cash flow BUMN konstruksi yang negatif.

Hartanto merekomendasikan wait and see saham-saham terkait Sandiaga. Sedangkan, jangka pendek masih bisa trading saham-saham konstruksi BUMN karena sudah masuk uptrend.

Analis Paramitra, William Siregar menyarankan investor perlu mencermati fundamental, bukan sekadar efek pilpres. Jika saham naik, namun fundamentalnya tidak kuat, maka tidak akan berpengaruh signifikan. Jangan pula tergesa-gesa masuk, karena arah politik belum stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×