Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Asia sore ini, Jumat (15/7) ditutup bervariasi (mixed) dengan kecenderungan turun.
Tim riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai, penurunan ini terjadi setelah adanya kenaikan suku bunga dalam skala global global yang memperbesar kekhawatiran mengenai prospek pertumbuhan ekonomi dunia.
Kondisi kesehatan ekonomi China juga menjadi sumber kekhawatiran tersendiri bagi investor. Rilis serangkaian data untuk bulan Juni 2022 memperlihatkan perbaikan setelah Pemerintah China mengambil sejumlah Langkah, seperti mengurangi pajak usaha dan menyalurkan dana dalam jumlah yang lebih besar untuk pembangunan proyek infrastruktur.
Baca Juga: IHSG Turun 1,31% Sepekan Hingga Jumat (15/7) Diiringi Net Sell Asing Rp 1,7 Triliun
Ekonomi China tumbuh 0,4% secara year-on-year (yoy) di kuartal kedua 2022, lebih rendah dari konsensus pasar, yakni 1,0% dan turun tajam dari pertumbuhan 4,8% yoy di kuartal pertama 2022. Ekspansi ekonomi di kuartal kedua 2022 ini adalah yang terkecil sejak kontraksi di kuartal pertama 2020, ketika penularan virus Covid-19 pertama kali terjadi di kota Wuhan.
Secara kuartalan atau quarter-on-quarter (qoq), pertumbuhan ekonomi (PDB) China turun 2,6%, lebih parah dari ekspektasi penurunan 1,5% dan pertumbuhan 1,4% di kuartal pertama 2022. Pemerintah China menargetkan PDB tumbuh sekitar 5,5% tahun ini menyusul pertumbuhan 8,1% di 2021, tertinggi dalam hampir satu dekade
Dengan melihat pencapaian di paruh pertama 2022, investor berpandangan target pertumbuhan tahun ini akan sulit dicapai. Lebih lanjut, bank sentral China atau People’s Bank of China (PBOC) tidak mempunyai banyak ruang gerak untuk melonggarkan kebijakan moneter. Hal ini karena PBOC dibatasi oleh kekhawatiran mengenai aliran keluar modal asing di tengah kenaikan suku bunga secara agresif oleh bank sentral AS dan bank-bank sentral utama lain di dunia.
Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah ke Rp 15.048 Pada Jumat (15/7) Siang, Indeks Dolar Tembus 108
Produksi industri China mencatatkan ekspansi 3,9% yoy di bulan Juni, lebih rendah dari estimasi yakni 4,1%. Namun, angka ini melampaui pertumbuhan 0,7% yoy yang tercatat di bulan Mei. Ini menandakan kenaikan selama dua bulan beruntun pada produksi industri.
Investasi aset tetap (fixed-asset investment) bertambah 6,1% yoy di semester pertama 2022, sedikit lebih baik dari estimasi kenaikan 6,0%. Tapi realisasi ini turun tipis dari kenaikan 6,2% yoy di lima bulan pertama 2022.
Situasi pasar tenaga kerja di China masih rentan meskipun tingkat pengangguran turun menjadi 5,5% di bulan Juni, sejalan dengan target Pemerintah China dari 5,9% di bulan Mei. Namun, tingkat pengangguran di kalangan anak muda naik mencapai rekor tertinggi 19,3% di bulan Juni.
Baca Juga: Tren Surplus Neraca Perdagangan Diproyeksi Masih Bertahan, Tapi Berpotensi Susut
Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan Indonesia melebar menjadi US$ 5,09 miliar di bulan Juni dibandingkan surplus US$ 1,32 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Ekspor melonjak 40,68% yoy setelah Pemerintah Indonesia menambah kuota ekspor minyak kelapa sawit (CPO) dengan mengizinkan perusahaan CPO mengekspor 7 kali dari jumlah yang mereka jual di pasar dalam negeri. Sementara itu, impor naik 21,98% yoy di tengah menguatnya permintaan domestik.
Sepanjang semester pertama 2022, Neraca Perdagangan mengalami surplus US$ 24,9 miliar dengan ekspor dan impor masing-masing naik 37,11% yoy dan 27,62% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News