Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Sepanjang bulan Mei 2014, transaksi surat utang domestik menurun dibandingkan sebulan sebelumnya. Namun, transaksi obligasi diprediksi kembali naik pasca pemilihan presiden (pilpres) Juli nanti.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dirilis kemarin (9/6), volume transaksi obligasi pemerintah berdenominasi rupiah sepanjang Mei 2014 sebesar Rp 199,07 triliun. Nilai ini menurun 10,8% dibandingkan bulan sebelumnya. Dari sisi frekuensi transaksi juga anjlok 53,26% dari bulan April menjadi 9.990 kali.
Data tersebut merupakan volume dan frekuensi transaksi obligasi pemerintah terendah sejak Februari 2014. Namun perlu menjadi catatan, sejumlah hari libur nasional mewarnai bulan Mei 2014.
Volume transaksi obligasi korporasi yang berdenominasi rupiah per Mei 2014 juga turun 15,24% menjadi Rp 11,72 triliun dibanding bulan sebelumnya. Penurunan ini juga terlihat pada frekuensinya sebesar 22,57% menjadi 1.574 kali pada Mei 2014.
Ekonom Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih mengatakan, turunnya volume maupun frekuensi transaksi obligasi pemerintah pada Mei lalu disebabkan investor perbankan mengurangi porsi di Surat Berharga Negara (SBN). “Porsi investor perbankan di SBN per akhir Mei turun menjadi Rp 340,19 triliun dibanding April sebesar Rp 343 triliun,” ujar Lana.
Ia menduga, turunnya porsi kepemilikan perbankan di SBN ini akibat investor perbankan membutuhkan likuiditas, sehingga menarik dana mereka di SBN. Maklum, perbankan harus bersaing menjaring nasabah dengan menawarkan tingkat bunga simpanan yang lebih tinggi.
Meski demikian, Lana memprediksi, pekan ini transaksi harian SBN akan menguat dibanding rata-rata transaksi harian per Mei yang sebesar Rp 11,05 triliun per hari. Katalis positifnya dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (12/6) diprediksi mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 7,5%.
Tapi pekan depan transaksi bakal kembali stagnan hingga menjelang pilpres pada 9 Juli 2014 nanti. Jika hasil pilpres bisa diterima pasar, Lana memprediksi transaksi bulanan obligasi pemerintah bisa kembali mendekati level tertingginya sepanjang 2014 yakni pada Maret yang sebesar Rp 292,61 triliun.
Global Markets-Financial Analist Manager Bank Internasional Indonesia, Anup Kumar mengatakan menjelang pilpres, pasar obligasi pemerintah memang bakal stagnan. “Bahkan cenderung terkoreksi. Pada Juni ini bisa turun menjadi Rp 190 triliun,” ungkapnya.
Selain itu, tidak banyak sentimen data ekonomi domestik yang mengangkat pertumbuhan transaksi obligasi. Tapi jika pilpres menghasilkan presiden yang diinginkan pasar, Kumar memprediksi akan ada euforia pada pasar obligasi domestik. Sebagai contoh, euforia ini juga bisa membuat yield SUN seri FR0070 turun hingga ke level 7,6%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News