Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) akan mulai mengembangkan lapangan minyak dan gas bumi (migas) di Libya pada tahun depan. Perusahaan ini berencana menyisihkan dana hasil penjualan saham anak usahanya, PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX), untuk membiayai ekspansi usaha di luar negeri.
Cisca Alimin, Sekretaris Perusahaan Medco, mengatakan pihaknya berusaha membiayai sepenuhnya pengembangan Blok Libya itu dari kas internal. "Itu masuk dalam anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahunan Medco," katanya, kemarin. Apalagi, dana hasil penjualan saham Apexindo kepada PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) masih utuh dan bisa dipakai buat proyek itu.
Namun, Cisca belum bisa menyebutkan kebutuhan dana untuk membiayai pengembangan Blok Libya. Sekadar informasi, berdasarkan laporan keuangan akhir kuartal ketiga 2008, Medco membukukan keuntungan dari penjualan 48,72% saham Apexindo senilai US$ 246 juta atau sekitar Rp 2,46 triliun.
Medco akan mulai mengembangkan blok migas yang diberi nama Area 47, Libya, sesuai rencana semula, yakni pada akhir 2009. Buat menggarap proyek tersebut, perusahaan menggandeng Verenex Energy Inc. sebagai operator.
Cisca berharap, Area 47 Libya akan mulai mendatangkan penghasilan bagi Medco pada 2010. "Produksi awalnya berupa minyak dan gas pada 2010," imbuhnya. Sedangkan pendapatan yang bisa diraih perusahaan sangat tergantung kepada harga minyak saat itu dan perjanjian kontrak dengan Verenex.
Optimisme Medco mengembangkan Area 47, Libya, berdasarkan hasil kajian blok itu dari De Golyer and MacNaughton (D&M), per 30 September 2008. Konsultan audit cadangan migas independen asal Amerika Serikat itu memperkirakan cadangan minyak di blok itu mencapai 2,15 miliar barel.
Berarti, kandungan migas ini lebih tinggi 36% dibandingkan perkiraan awal yang dibuat D&M pada 1 Februari 2008. Saat ini, Medco melalui anak usahanya, Medco Internasional Ventures Limited, memiliki 50% hak partisipasi pada Area 47 itu. Sisanya sebanyak 50%, merupakan milik Verenex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News