Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Asia dibuka bervariasi dengan mayoritas indeks memerah. Rabu (29/7) pukul 08.20 WIB, indeks Nikkei 225 turun 122,17 poin atau 0,86% ke 14.021,93, Taiex turun 47,64 poin atau 0,34% ke 12.544,20, Kospi naik 7,86 oin atau 0,35% ke 2.264,49, ASX 200 naik 12,65 poin atau 0,21% 6.033,20, Straits Times turun 5,04 poin atau 0,21% ke 2.577,84, FTSE Malaysia naik 1,07 poin atau 0,07% ke 1.611,01.
Koreksi bursa Asia dipicu sentimen dari Amerika Serikat, dimana ada kebuntuan dalam negoasiasi stimulus ekonomi AS yang mendorong bursa saham global melemah.
Baca Juga: Bursa Asia menguat, didorong optimisme investor terkait rencana stimulus ekonomi
Mengutip Reuters, Rabu (29/7), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa dia tidak mendukung proposal bantuan virus corona yang diajukan Senat Republik senilia US$ 1 triliun secara keseluruhan, meski dia mengindikasikan pembicaraan masih berlanjut.
"Kami telah memiliki beberapa petunjuk negatif terutama dari pasar saham AS dan Eropa," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar di CMC Markets di Sydney seperti dikutip Reuters, menunjuk pada penurunan pasar berjangka Asia-Pasifik sebagai indikator pembukaan pasar.
Data AS yang dirilis pada hari Selasa menunjukkan kepercayaan konsumen turun pada bulan Juli, sementara infeksi virus corona semakin meningkat di seluruh negara.
Wabah virus corona yang memburuk di Florida dan Texas menambah kehati-hatian. Florida melaporkan 191 kematian pada hari Selasa, menandai rekor kenaikan satu hari untuk negara bagian itu.
Texas, negara bagian terpadat kedua, mencatat lebih dari 6.000 kasus baru pada hari Senin, mendorong total kasusnya menjadi 401.477, menurut penghitungan Reuters.
Meningkatnya kematian dan infeksi virus corona di AS mengurangi harapan awal bahwa negara itu melewati yang terburuk dari krisis ekonomi yang telah menghancurkan bisnis dan membuat jutaan orang Amerika kehilangan pekerjaan.
Baca Juga: Bursa Asia dibuka bervariasi pada perdagangan hari ini, dibayangi ketegangan AS-China
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News