kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mau untung, Integra Indocabinet (WOOD) harus fokus sasar pasar ekspor


Kamis, 30 Januari 2020 / 20:18 WIB
Mau untung, Integra Indocabinet (WOOD) harus fokus sasar pasar ekspor
ILUSTRASI. Perusahaan manufaktur berbahan kayu seperti furnitur, furniture, mebel, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

Sementara analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai penguatan rupiah beberapa waktu ke belakang tidak akan berpengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan penguatan yang terjadi hanya beberapa persen.

“Sebenarnya hanya nominalnya saja yang besar, dengan begitu pengimpor justru bisa membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi. Karena dari segi permintaan, trennya masih sangat bagus dan potensial,” terang William.

Terdapat tiga kayu milik WOOD yang punya orientasi ekspor. Ketiga produk tersebut adalah furnitur siap rakit, furniture utuh, dan building components yang total berkontribusi terhadap 87% total pendapatan manufaktur.

Alasan pasar global memilih produk WOOD adalah produknya diakui memiliki kualitas yang memenuhi standard para pelaku global seperti IKEA, Costco, DMI Furniture, dan Composite Technology International. Nama terakhir merupakan pembeli terbesar produk WOOD pada kuartal III-2019.

Manfaatkan pasar Amerika Serikat

Sukarno menyebut permintaan ekspor WOOD akan meningkat seiring dengan data mengenai rumah baru di Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan angka yang positif. Sebab Kenaikan angka rumah baru akan diikuti dengan kenaikan penjualan furniture.

“China sebagai produsen furniture terbesar di dunia tengah pada ketidakpastian perang dagang. WOOD sebagai penyedia produk yang kualitasnya sudah diakui secara global tentu akan diuntungkan dengan dua kondisi ini,” ujar Sukarno.

Selain data rumah baru di AS, dampak perang dagang antara AS-China juga turut menjadi katalis positif bagi WOOD. Sebastian menulis dampak dari perang dagang tersebut adalah bergesernya permintaan produk furniture ke negara yang non-tarif.

“Dari Amerika jumlah pesanan akan meningkat, sementara dari China terdapat beberapa perusahaan manufaktur kayu yang ingin bekerjasama dengan WOOD. Oleh karena itu, WOOD harus bisa memanfaatkan peluang ini,” tulis Sebastian.

Baca Juga: Target Volume Ekspor Millwork WOOD ke AS Naik Hampir Dua Kali Lipat

Dengan terbukanya pasar ekspor, Sukarno memproyeksikan pendapatan WOOD akan tumbuh sekitar 10%-15% pada 2020. Dengan pendapatan mencapai Rp 2,36 triliun – Rp 2,46 triliun dan laba bersihnya sebesar Rp 236 miliar – Rp 246 miliar. 

Sementara Sebastian memperkirakan pendapatan WOOD sekitar Rp 2,62 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 300 miliar.

Kendati memiliki potensi yang oke pada tahun ini, Sukarno menyarankan untuk wait and see terlebih dahulu. Karena untuk saat ini harga saham WOOD tengah membentuk support Rp 450 dan jika breakdown akan melanjutkan tren penurunan di kisaran Rp 370-Rp 400.

Wait and see saja dulu, tunggu harga lebih diskon lagi. Nanti bisa gunakan momentum teknikal untuk kembali masuk,” papar Sukarno.

William merekomendasikan untuk buy dengan target harga Rp 500 - Rp 650 per saham. Sementara Sebastian juga merekomendasikan buy namun dengan target harga Rp 820 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×