Reporter: Merlinda Riska, Izzatul Mazidah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski konsep small office home office (SOHO) mulai mewabah, bukan berarti properti komersial tradisional ditinggalkan. Justru masih banyak konsumen yang tetap menjatuhkan pilihan ke rumah kantor (rukan) atau rumah toko (ruko). Segmen properti satu ini tumbuh subur seiring menjamurnya usaha kecil.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghada, menyebut jumlah pasokan rukan dan ruko lebih berlimpah ketimbang SOHO. Lokasinya pun tersebar tidak cuma di pusat kota tapi juga di pinggiran. Maklum saja, pemain bisnisnya juga beragam mulai developer kecil hingga developer besar. "Jumlahnya sangat banyak," kata Ali kepada KONTAN.
Permintaan yang tinggi menjadi pertimbangan mengapa pengembang tetap menjatuhkan pilihan pada rukan atau ruko sebagai portofolio bisnisnya. Salah satunya adalah PT Metropolitan Land Tbk (Metland). Mereka saat ini memiliki proyek Metland Cileungsi untuk segmen menengah dan Metland Transyogi untuk membidik segmen menengah atas.
Bambang Irianto, Senior General Manager Metland Transyogi bilang, rukan dan ruko masih laku di pasaran. Sebab sebagian besar masyarakat Indonesia masih ingin memiliki sertifikat tanah. Sebagai pembanding, SOHO laiknya apartemen jelas tidak memiliki pijakan tanah. Berbeda dengan rukan dan ruko.
Metland optimistis prospek ruko dan rukan masih sangat bagus. "Contohnya, di Metland Transyogi, ruko sudah sold out. Bila ada yang ingin beli, harap sabar," kata Bambang kepada KONTAN, Selasa (24/6).
Sekadar tahu, pada proyek Transyogi, Metland menjajakan sekitar 200 unit ruko dua lantai. Harga jual termurah sekitar Rp 1,5 miliar per unit. Karena respon pasar positif, Metland pun mengembangkan proyek serupa di Metland Cileungsi. Harga ruko yang ditawarkan di areal residensial termurah Rp 900 juta.
Bambang optimistis proyek ruko tersebut bisa laris manis layaknya di Metland Transyogi. Pasalnya Metland Cileungsi sudah dikembangkan sejak 2002. Kini sudah ditinggali oleh sekitar 6.000 kepala keluarga (KK), sementara di transyogi ada sekitar 1.000 KK. Ramainya penghuni inilah yang menjadikan proyek ruko yang ditawarkan Metland laris manis.
Asal tahu, pertimbangan konsumen membeli ruko karena memperhitungkan potensi pasar dari wilayah itu. Bila kawasan sudah ramai maka akan langsung memutuskan membeli ruko atau rukan.
Bisa dijual atau sewa
Properti ruko dan rukan juga layak menjadi portofolio investasi. Sebab, kenaikan harga ruko selama ini lebih kencang ketimbang harga rumah residensial. "Harga ruko bisa naik 50% setahun. Sedangkan residensial 25% setahun," papar Bambang.
Erwin Karya, Associate Director Ray White Project menuturkan permintaan ruko baru pasti selalu ludes terjual. Pasalnya rasio jumlah ruko dan residensial minimal 1:8. Biasanya ruko baru berada di pinggiran Jakarta seperti Bogor, Depok, Bekasi, Tangerang, Cikarang, Karawang.
Adapun ruko bekas terdapat di Jakarta. seperti Kelapa Gading, Sunter, Panglima Polim, Fatmawati, Kebon Jeruk. Tapi jangan salah, ada juga wilayah yang permintaan ruko yang sudah jenuh seperti daerah Kota, Mangga Besar atau Glodok.
Dalam hitungan Erwin, rata-rata kenaikan harga ruko di Jakarta hanya sekitar 15%-20%. Bila ruko untuk disewakan, maka imbal hasilnya (yield) rata-rata 2% sampai 5% saja per tahunnya. "Properti jenis ruko ini tidak ada matinya. Tren bisnis dan investasinya terus tumbuh," imbuh Erwin.
Adapun prospek investasi rukan tak beda jauh dengan ruko. Hanya fungsinya lebih banyak digunakan untuk aktivitas perkantoran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News