Reporter: Barratut Taqiyyah, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SEOUL. Pada minggu ini, mayoritas mata uang Asia melemah. Won Korea Selatan dan ringgit Malaysia merupakan dua mata uang yang mengalami pelemahan paling besar. Di pasar mata uang beredar spekulasi, pemerintah regional akan meningkatkan pengawasan jika ternyata pertemuan G-20 gagal menyelesaikan sengketa mata uang.
Pada pertemuan G-20, China membantah kritik mengenai pelemahan yuan yang ditujukan untuk mendukung ekspor yang menyebabkan kerugian besar bagi bisnis AS. China malah menuding penyebab pelemahan yuan terkait kebijakan stimulus moneter the Federal Reserve atau yang lazim dikenal sebagai quantitative easing. Sementara, Barack Obama memperpanjang perdebatan mengenai hal itu dengan mengkaitkann stimulus sebagai upaya global dalam mengendalikan nilai tukar saat ini. Pertemuan dua hari G-20 dijadwalkan berakhir hari ini.
"Banyak sekali ketidakpastian pada pertemuan G-20. Saling menyalahkan antar negara tidak akan menghasilkan apapun yang kongkrit. Hasilnya bisa ditebak, tidak akan ada kesepakatan," jelas Nizam Idris, currency strategist UBS AG di Singapura kepada Bloomberg.
Pada pukul 12.19 waktu Seoul, won melemah 1,1% menjadi 1.119,85 per dollar. Sementara, ringgit melemah 0,8% menjadi 3,1110, dollar Singapura melemah 0,6% menjadi S$ 1,2950, dan baht Thailand melemah 0,4% menjadi 29,80.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News