Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) mulai melemah. Mata uang yang selama ini tertekan akibat suku bunga tinggi kini diperkirakan mengalami rebound.
Berdasarkan Bloomberg, indeks dolar (DXY) turun menjadi 104,09 pada Jumat (12/7), mencatat level terendah dalam sebulan terakhir.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, menyatakan bahwa meskipun mengalami pelemahan, dolar AS masih dapat bertahan meskipun data ekonomi AS belakangan ini lebih lemah dari perkiraan.
Namun, dibandingkan dengan bank sentral utama di dunia lain, tingkat suku bunga the Fed masih tetap yang tertinggi.
Baca Juga: Diprediksi Menguat, Intip Proyeksi Rupiah untuk Senin (15/7)
"Yang menarik menurut saya adalah reaksi mata uang emerging yang selama ini tertekan oleh kebijakan ketat the Fed, seperti Rupiah, Peso Filipina, dan Yen Jepang," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (15/7).
Lukman menambahkan bahwa rupiah memiliki potensi besar untuk berada di bawah Rp 16.000 per dolar AS. Hal ini sejalan dengan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral dunia dan sentimen risk on yang akan mendukung mata uang emerging.
Sementara itu, Bank of Japan diprediksi akan melakukan intervensi terhadap Yen.
Pada akhir tahun, diperkirakan rupiah akan berada dalam kisaran Rp 15.700 - Rp 16.000 per dolar AS. Sementara itu, Peso Filipina diproyeksikan berkisar di sekitar 55 per dolar AS, dan Yen Jepang diperkirakan berada dalam kisaran ¥151 - ¥152 per dolar AS.
Selanjutnya: Aturan Uptick Rule Diubah agar Transaksi Short Selling Bisa Merekah
Menarik Dibaca: 5 Cara Memilih Sunscreen untuk Remaja dengan Tepat, Berapa SPF yang Ideal?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News