Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli
Dihubungi secara terpisah, pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi menilai, pergerakan mata uang Asia fluktuatif. Ia bilang, Dolar Singapura, yuan China, dan yen Jepang mengalami penguatan.
Ia bilang, risiko geopolitik di Timur Tengah sedikit mereda setelah ada gencatan senjata 60 hari antara Israel dan Hamas.
Selain itu, pasar sedang fokus pada pengesahan RUU pajak dan belanja AS. Kekhawatiran seputar RUU tersebut sebagian besar terkait dengan dampak potensial utang pemerintah AS.
Baca Juga: Harga Emas Merangkak Naik di Tengah Pelemahan Dolar AS
Sehingga banyak negara yang menjual obligasi Amerika yang triliunan dolar dan kesehatan fiskal. Ini yang memicu aksi jual terhadap obligasi Amerika.
"Sehingga menekan mata uang dolar. Ini yang membuat fundamental sehingga mata uang Asia sedikit lebih kuat. Seperti dolar Singapura, yuan China, yen Jepang, ini mengalami penguatan yang cukup signifikan," jelas Ibrahim.
Ibrahim memproyeksikan USDJPY untuk jangka pendek akan menuju 142,70 per dolar AS. Secara jangka menengah ada kemungkinan berada di level 142.0.
Berikutnya, USDCNY diproyeksikan menuju 7.14925 per dolar AS pada jangka pendek. Jangka menengahnya diproyeksikan menuju 7.13487.
Selanjutnya, USDKRW secara jangka pendek melemah ke level 1365,35. Jangka menengah menguat kemungkinan di 1331,49.
Lalu, USDSGD diproyeksikan menguat ke level 1,26872 secara jangka pendek. "Secara jangka menengah ada kemungkinan menuju 1,26502," ucap Ibrahim.
Selanjutnya: Kemenkeu Pangkas Anggaran Subsidi LPG 3kg, Apa Alasannya?
Menarik Dibaca: Pasar Modal Bergerak Dinamis, Berikut Risiko Yang Dihadapi Investor Ritel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News